PURBALINGGA, HUMAS – Salah seorang bocah peserta operasi bibir sumbing hampir saja tak tertolong nyawanya. Seluruh tubuhnya membiru, yang membuat panik tim dokter bedah plastik yang didatangkan langsung dari Semarang dan Jakarta itu.
“Ternyata peserta itu yang seharusnya puasa sejak jam 3 pagi tadi, malah dikasih minum sama ibunya. Meskipun sedikit, pemberian minuman atau makanan sebelum operasi bisa berakibat fatal,” jelas Pemilik Yayasan Permata Sari – Semarang, Endang Sri Sarastri, donatur Operasi Sumbing Bibir dan Langit-langit yang diselenggarakan di RS Nirmala, Sabtu (1/12).
Endang mengatakan, peserta atau keluarganya harus jujur dengan keadaan pasien yang sebenarnya. Mulai dari usia, Hb dan ketaatan puasa. Pihaknya pernah beberapa kali menemui kasus perdarahan hebat akibat kebohongan peserta atau pihak keluarganya.
“Kalau ibu yang memberikan minum tadi bilangnya ke saya karena nggak tega, kasihan anaknya kehausan. Tapi lebih kasihan kalau anaknya tak tertolong kan? Nyawa yang sudah melayang kan tidak dapat kembali lagi?” tegasnya.
Operasi Sumbing Bibir dan Langit-langit yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan Peringatan Hari Jadi Purbalingga ke-182 ini, diikuti 22 pendaftar mulai dari bayi 2,5 bulan hingga nenek 53 tahun. Dari 22 pendaftar, hanya 18 peserta yang berhasil dioperasi. Ketiga pasien yang gagal atau tidak diperbolehkan operasi antara lain karena Hb-nya terlalu rendah (6,5), keadaan umum (KU) yang buruk dan usia belum memenuhi syarat.
“Ada beberapa persyaratan untuk bisa operasi. Untuk operasi sumbing pada langit-langit, usia minimal 3 bulan dan maksimal 11 tahun. Ada juga yang tadi gagal operasi untuk bagian gusinya karena masih terlalu muda, harus nunggu usia 8 tahun,” jelas Kasubbid Kesehatan Dasar dan Institusi Dinas Kesehatan, dr Retno Sri Haswati.
Hadir pula dalam kegiatan ini, Pembina Yayasan Permata Sari yang juga Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih. Rustriningsih selalu hadir dalam setiap kegiatan Bhakti Sosial Operasi Sumbing Bibir dan Langit-langit yang telah dilakukan di 10 kabupaten/ kota sebelum akhirnya dilaksanakan di Purbalingga.
“Sampai-sampai ada yang curiga, saya hadir ini ada kaitannya atau tidak dengan pencalonan Gubernur. Saya bisa memahami itu. Tapi, saya memang Pembina Yayasan Permata Sari yang murni kegiatan sosial. Jadi monggo terserah mau dicurigai,” jelas Rustri diikuti gelak tawa hadirin yang memenuhi tenda di halaman rumah sakit swasta itu.
Usai mengikuti seremonial, Rustriningsih didampingi Bupati Heru Sudjatmoko, Wakil Bupati Sukento Ridho Marhaendrianto, Ketua DPRD Tasdi, Direktur RS Nirmala, Yayasan Permata Sari dan beberapa Kepala SKPD terkait, meninjau kegiatan operasi yang telah dimulai sejak pagi. Menurut beberapa sumber, biaya operasi satu orang pasien bervariasi, antara Rp 3 juta hingga Rp 15 juta tergantung tingkat kesulitannya. Dan tiap kegiatan Bhakti Sosial, jumlah pesertanya juga bervariasi. Mulai dari 10 orang hingga 300 orang dalam tiap kegiatan. (humas/cie)