PURBALINGGA – Sebanyak 24 pendaki masih tertahan di sejumlah pos pendakian Gunung Slamet. Para pendaki ini melakukan pendakian pada Senin (10/3) siang sekitar pukul 11.00 WIB. Saat mulai mendaki, status Gunung Slamet belum ditetapkan menjadi ‘Waspada’. Apabila hingga, Selasa (11/3) malam para pendaki ini belum turun, maka Tim SAR Desa Bambangan, Desa Kutabawa akan diterjunkan untuk menjemput mereka.
Status Gunung Slamet dinaikan dari Normal (level I) ke Waspada (II) pada Senin (10/3) malam pukul 21.00 WIB. Peningkatan status tersebut setelah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, mencermati terjadinya gempa hembusan sebanyak 1.209 kali mulai tanggal 1 – 7 Maret 2014. Selain itu, pada tanggal tersebut juga terjadi 4 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 1 (satu) kali Gempa Vulkanik Dalam (VA). Pada tanggal 8 – 10 maret hingga pukul 13.00 WIB terpantau 441 kali Gempa Hembusan, 9 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB).
“Atas pemberitahuan dari PVMBG, maka pendakian ke Gunung Slamet sejak Senin (10/3) malam dinyatakan ditutup sementara,” ujar Kabid Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si, Selasa (11/3). Jalur pendakian Gunung Slamet melalui pos Bambangan di Desa Kutabawa, kecamatan Karangreja, Purbalingga, menjadi wewenang dari pihak Dinbudparpora.
Puluhan Pendaki Tertahan
Diungkapkan Prayitno, saat penetapan status Waspada, tercatat ada 26 pendaki yang terbagi dalam 4 kelompok sudah melakukan pendakian ke puncak Gunung Slamet (3.428 m dpl). Para pendaki itu terdiri dari 10 orang dari Jakarta, 9 orang dari Kampung Baru Jakarta Barat, 5 asal Yogyakarta, dan 2 dari Tegal. Pendaki dari Yogyakarta berangkat pada Minggu (9/3), sedang tiga kelompok pendaki lainnya berangkat pada Senin (10/3) siang.
“Petugas kami yang stand by di posko Bambangan juga sempat melarang 9 orang pendaki asal Pekalongan. Meski mereka sudah berada di pos Bambangan. Namun, rupanya, para pendaki ini nekad melakukan pendakian pada Senin (10/3) malam sekitar pukul 21.00 WIB, meski sudah mengetahui status gunung Slamet yang Waspada,” kata Prayitno yang ditemui di posko Bambangan.
Dari puluhan pendaki ini, hingga Selasa (11/3) petang akhirnya sudah berhasil turun masing-masing 2 pendaki asal Tegal, 9 pendaki asal Pekalongan. “Hingga Selasa (11/3) petang masih ada 24 pendaki yang masih berada di jalur menuju puncak Slamet,” tegas Prayitno.
Dari keterangan sejumlah pendaki asal Pekalongan dan tegal yang sudah turun, mereka mengaku bertemu rombongan dari Jakarta dan Yogyakarta pada pos II dan pos V. Kiki (27) pendaki asal Pekalongan mengungkapkan, rombongannya yang berjumlah 9 orang tidak hanya sampai di pos V, karena sebelumnya sudah dilarang oleh petugas untuk naik ke puncak. “Kami sempat bertemu rombongan pendaki dari Yogyakarta dan Jakarta pada pos II dan pos V,” tutur Kiki yang dibenarkan rekannya Misbah.
Berdasar catatan di posko Bambangan, pendaki yang masih berada di puncak masing-masing kelompok Yogyakarta (5 orang) yakni Stanley Risaranti, Denis Bimbin, Micahel Daud Tonda, Satrio Pangauan, dan Arthur. Sedang pendaki asal Jakarta sebanyak 10 orang masing-masing Risnandar, Iqbal, Guntur, Buyung Maaz, Doni, Ocit, Ngadap, Puspo dan Novi. Pendaki dari Kampung Baru Jakarta Barat sebanyak 9 orang masing-masing Anwar Assyubali, Ahmad Fadhi, Achmad Disbit Fathony, Maulana Shidqi, Hafani, Achmad Sobari, Roy Rianto, Irwandi Septian dan Ardiansyah.
Para pendaki asal Yogyakarta mestinya sudah turun pada Selasa (11/3). Sedang pendaki asal Jakarta dan Jakarta Barat yang berangkat Senin (10/3) semula menjadwalkan akan turun pada Rabu (12/3). “Namun untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, jika sampai Selasa (11/3) malam belum turun, maka Tim SAR desa akan menjemput dan meminta para pendaki untuk turun,” kata Prayitno. (y)