PURBALINGGA- Sebanyak 30.000 orang merayakan hari santri di alun-alun Purbalingga, Sabtu (22/10). Perayaan diawali dengan upacara yang dipimpin oleh Bupati Purbalingga, dilanjutkan dengan pawai ta’aruf. Perayaan hari santri merupakan kali pertama yang digelar Pemerintah Kabupaten Purbalingga, para ulama dan masyarakat.

Menurut Subeno selaku koordinator pawai mengatakan pawai ta’aruf rencananya akan diikuti sebanyak 21.300, yakni dari 18 kecamatan sebanyak 18.000 orang, peserta upacara 2.200 orang, pasukan khsusus sebanyak 100 orang. Namun demikian ada beberapa kecamatan yang diberi kuota 1000 ternyata ada yang mengirim 2.000 ada yang 3.000.

“Sehingga jumlah peserta berlipat dari jumlah total yang direncanakan, total peserta pawai ta’aruf mencapai 30.000 orang. Peserta sebagian besar diikuti oleh Musyawarah Wilayah Cabang Nahtadul Ulama (MWC NU), pondok pesantren, madrasah diniyah, pelajar serta organisasi di bawah NU,” kata Subeno.

Subeno menambahkan dalam pawai ta’aruf panitia juga dibantu oleh kekuatan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dengan jumlah maksimal. Membuldagnya peserta dan penonton sehingga untuk ketertiban barisan belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat. Namun demikian kalau dilihat dari semangat para peserta dan penonton merasa senang.

“Suasananya semarak dan ramai, dan hal terebut merupakan inti dari kegiatan ini. Disamping itu juga kegiatan pawai ta’aruf bukan lomba baris berbaris-baris. Yang penting peserta senang, masyarakat senang itu sudah lebih dari cukup,” kata Subeno

Sedangkan Bupati Purbalingga mengatakan harapannya melalui hari santri nasional dapat mewujudkan Inodesia yang merdeka dan berahlakul karimah. Momentun hari santri sebagai instropeksi sejauh mana pengabdian kita terhadap bangsa dan negara. “Ada 3 hal esensi yang bisa diambil dalam memperingati hari santri, yakni habluminallah, habuluminnanas, dan esensi cultural,” kata tasdi

Habluminallah yakni bagaimana meningkatkan spiritualitas, keimanan dan ketaqwaan. Habluminannas, meningkatakn ukuwah islamiah, ukuwah watoniah dengan mempererat rasa persatuan dan kesatuan RI. Jangan sampai umas Islam terpecah belah. Esensi kultural yakni dengan selalu menjaga budaya, dimana budaya merupakan hasil cipta, karya dan karsa manusia.

Selain bisa merasakan kegembiraan pada hari santri, lanjut Tasdi para santri juga harus menyiapkan diri untuk berkontribusi untuk bangsa dan negara ini. Tasdi mengingatkan kepada santri bahwa pendiri NU Hasyim Azhari bersama para tokoh lainnya merupakan seorang pejuang kemerdekan bangsa dan negara ini.

“Untuk itu kedapan harus dijalin hubungan yang lebih baik lagi antara umaro, ulama dan umat agar bersatu  mewujudkan Indoneisa yang beraklakul karimah,” pungkas Tasdi (Sapto Suhardiyo)