PURBALINGGA – Setelah program Petani Go Online kemarin menyasar ke Penyuluh Pertanian, Kamis (1/7) ini sekitar 400 petani mulai diajarkan menggunakan aplikasi petani dengan ponsel pintar mereka masing-masing, di Pendopo Dipokusumo. Beberapa hal yang dikenalkan dan diajarkan kepada mereka, diantaranya aplikasi e-commerce RegoPantes dan Aplikasi Petani.
Aplikasi RegoPantes merupakan platform yang memungkinkan petani untuk menjual hasil pertanian langsung kepada konsumen. Dengan begitu, petani bisa mendapatkan harga jual yang lebih layak, dibanding jika mereka menjual kepada para distributor.
Sedangkan Aplikasi Petani bertujuan untuk memberikan kemudahan untuk para petani dalam bertukar informasi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di lapangan seperti menanam dengan efektif hingga cara meminimalisir kegagalan dalam bercocok tanam.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM mengapresiasi program Petani Go Online ini, terlebih saat ini tengah memasuku era Revolusi Indinstri 4.0 dan pemerintah pusat juga tengah mencanangkan program 1 juta petani dan nelayan Go Online.
“Di era ini sudah tentu kita merasakan kemajuan teknologi dari hari ke hari selalu berkembang. Sekarang bukan jamannnya yang pintar mengalahkan yang bodoh. Tapi yang cepat mengalahkan yang lambat. Kita suka tidak suka harus mengikuti perkembangan zaman, kalau tidak mungkin kita akan tergilas dan tidak memiliki daya saing,” katanya.
Ia menekankan agar para petani membuang jauh-jauh kesan ribet dan sulit dengan “Aplikasi”. Sebab nyatanya tanpa diajaripun mereka bisa mengoperasikan berbagai media sosial yang prinsipnya memiliki tingkat kesulitan sama.
“Mungkin awalnya memang tidak mudah, akan tetapi inshaalah ketika mulai mengimplementasikan akan terbiasa. Petani tidak usah khawatir karena akan didampingi para penyuluh dalam mengimplementasikannya, oleh karenanya kita sadari adopsi petani digital ini merupakan solusi menjunjung kemandirian petani,” ungkapnya.
Terkait dengan adanya e-commerce, Bupati memotivasi agar petani tidak takun untuk terjun di dalamnya. Sebagai bagian dari perkembangan zaman, di era sekarang melalui e-commerce/marketplace setiap orang dapat berbelanja berbagai hal tanpa harus ke toko.
Meski demikian salah satu permasalahan pertanian di Purbalingga adalah regenerasi. Banyak diantara anak cucu kita yang ingin bercita-cita jadi petani. “Kalau 5 – 10 tahun ke depan tidak ada yang jadi petani apa jadinya kita? makan apa?, ini merupakan PR agar generasi kita mampu melanjutkan regenerasi pertanian di Purbalinga,” katanya.
Oleh karenannya petani Go Online ini diharapkan setidaknya bisa menarik minat generasi milenial di sektor pertanian. Karena selama ini, profesi petani dianggap tidak seksi, tidak menarik.
Terkait adanya kekeringan yang mengganggu pertanian di berbagai tempat, Bupati meminta kepada Dinas Pertanian untuk melakukan langkah antisipasi atau meminimalisir melalui program-program yang ada. Ia titip agar musim kering yang kita masuki tidak terlalu berdampak terhadap hasil pertanian.
Kepada para petani, Bupati juga menyarankan agar mereka berpartisipasi bersama asuransi pertanian. “Asuransi pertanian ini sebenarnyta bisa dimanfaatkan akan tetapi, setelah saya survey, nampaknya rekan petani kurang tertarik. Sebetulnya ini adalah langkah antisipasi dari gagal panen akibat kekeringan atau paceklik agar petani tidak mengalami kerugian yang banyak,” katanya.(Gn/Humas)