IPURBALINGGA- Tasyakur memperingati hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah momentum pembangkit semangat nilai kejuangan untuk meraih keunggulan mewujudkan Purbalingga yang mandiri berdaya saing menuju masyarakat sejahtera yang berakhlak mulia. Semangat perjuangan yang telah ditanamkan para pendahulu bangsa mengajarkan kebersamaan mencapai apa yang di cita-citakan yakni dengan bekerja cerdas, bekerja keras dan bekerja ikhlas serta sengkuyung seluruh masyarakat Purbalingga dengan tugas dan kemampuan sesuai bidangnya masing-masing.
“Melalui kesempatan momentum tasyakur kita jadikan pembangkit semangat kejuangan untuk meraih keunggulan Purbalingga,” demikian disampaikan Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM dalam sambutannya pada malam tasyakur memperingati hari ulang tahun ke 74 kemerdekaan RI tahun 2019 di pendopo Dipokusumo, Jum’at malam (16/08).
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Dyah H Pratiwi menyampaikan terima kasih kepada seluruh jajaran ASN Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga karena berkat kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja ikhlasnya mampu berturut-turut pertahankan prestasi wajar tanpa pengecualian (WTP) dalam 3 tahun terakhir. Bupati berharap kedepan akan semakin banyak lagi prestasi yang akan dicapai dengan terus berikan pengabdianya memberikan layanan terbaik kepada masyarakat.
Saat ini menurutnya, Pemkab Purbalingga terus berupaya memaksimalkan berbagai potensi diantaranya wisata untuk memajukan Purbalingga. Kita harus berbangga, wisata Purbalingga terbaik ke empat se Jawa tengah. Dengan adanya bandara Jenderal Besar Soedirman, universitas mandiri, hotel berbintang empat serta insfrastruktur penunjang lainnya diharapkan ke depan investasi-investasi lainnya akan segera menyusul. Diakui banyak tantangan dan PR yang harus diselesaikan, untuk itu Bupati Dyah H Pratiwi minta sengkuyung seluruh elemen masyarakat bergerak bersama membangun Purbalingga.
“Saya sadari kedepan banyak PR yang harus diselesaikan, melalui momentum tasyakur ini kita jadikan pembangkit semangat, bergerak bersama seluruh elemen membangun Purbalingga,” kata Bupati Dyah H Pratiwi.
Kegiatan tasyakur diisi tausiah oleh KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) yang menyampaikan bahwa kemerdekaan Indonesia penuh keajaiban dan dibalik peristiwa meraih kemerdekaan Indonesia itu adalah hal yang tak akan dapat diceritakan. Kemerdekaan yang dinyatakan atas nama proklamator kita Soekarno-Hatta sangat sulit diukur oleh kita saat ini karena kita bukan orang yang mengalami peristiwa itu.
Gus Muwafiq katakan kemerdekaan Indonesia adalah peristiwa diluar nalar, maka harus dimaknai lengkap. Bagaimana mungkin, orang yang tidak punya rumah dan tak punya jaminan hidup berani menyatakan atas nama bangsa Indonesia namun hal itu diikuti oleh para pemilik kekuasaan yakni para Raja di Nusantara. Dicontohkannya Sultan Hamengkubuwono yang punya kuasa atas tanah dari Bagelen sampai Wuryantoro, dengan pangkat tinggi dan kawulo yang begitu patuh namun mau menanggung resiko menyerahkan kekuasaannya menjadi bagian dari NKRI. Dan tidak hanya Raja Yogya, Raja/Sultan Cirebon, banjar, Aceh, Sumbawa, Sulawesi, Bone dan lainnya mau menyatukan diri menjadi bangsa Indonesia.
“Tidak ketemu nalar sama orang-orang jaman sekarang, orang-orang yang sudah mapan yang mampu melakukan apa saja dengan kekuasaannya, kok mau ikut bung Karno yang rumahnya aja masih ngontrak. Kita tak akan bisa menangkap dan menggambarkan suasana psikologis saat itu karena dengan menjadi Indonesia maka resiko tanah dan kekuasaannya menjadi milik bangsa Indonesia,” kata Gus Muwafiq.
Selanjutnya Gus Muwafiq mengatakan, dahulu orang serahkan harta bahkan nyawanya untuk memerdekakan bangsa, namun kiranya saat ini spirit kemerdekaan itu tak bisa ditangkap orang jaman sekarang. Gus Muwafiq mengajak untuk kembali membangkitkan semangat perjuangan yang telah dicontohkan pendahulu bangsa, dan jangan sampai kesatuan bangsa Indonesia dirusak dengan berbagai hal diantaranya adalah mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain.
“Bangkitkan kembali semangat kebangsaan hingga anak cucu kita tak malu, bangga sebagai Indonesia. Bangsa ini terdiri dari beragam suku, ras dan agama yang menyatu dalam NKRI. Hebatnya nilai-nilai dalam memerdekakan bangsa ini jangan sampai hilang, hormati pengorbanan para pendiri Indonesia, keberagamannya dan lambang negara serta ideologinya. Merdeka sejatinya adalah puncak kematian karena meraih kemerdekaan itu harus dengan kehilangan nyawa. Kemerdekaan bukan teori, namun dengan tumpahan darah dan nyawa, maka jagalah NKRI adalah harga mati,” tutur Gus Muwafiq. (t/humpro2019)