PURBALINGGA – Hampir setiap kegiatan kemasyarakatan, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM sering memberikan kuis berhadiah kepada audiens atau masyarakat yang hadir. Hal ini juga diberikan saat menghadiri Pagelaran Wayang Kulit memperingati Tahun Baru Islam 1440H dan Pencanangan Bobotsari Bangkit di Desa Bobotsari, Kecamatan Bobotsari, Jumat (20/9).
Pada kesempatan kali ini, beberapa pertanyaan mudah dalam kuis yang dilontarkan bupati kepada masyarakat. Mulai dari siapa nama Ketua DPRD Purbalingga yang baru?, Siapa nama Wali Sanga yang pernah mempopulerkan wayang kulit sebagai media dakwah? Sebutkan 3 point dari Tri Sakti Bung Karno? dan Siapa nama lengkap Bupati Purbalingga. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diekstrak dari isi sambutan Bupati Tiwi pada kesempatan yang sama.
Bupati Tiwi menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan acara pagelaran wayang kulit ini sebagai upaya menguri-uri budaya. Perihal kebudayaan juga diminta untuk tidak diremehkan, sebab menurut Bung Karno ada 3 hal yang perlu dilakukan bangsa Indonesia jika ingin maju, atau yang dikenal dengan Tri Sakti Bung Karno.
“Diantaranya Berdaulat dalam politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian dalam kebudayaan. Sedangkan pelaksanaan pagelaran wayang kulit ini adalah salah satu contoh upaya untuk mewujudkan sebagai bangsa yang berbudaya,” tuturnya.
Wayang kulit ini juga sama dengan mewariskan kepada generasi-generasi penerus untuk menumbuhkan kecintan terhadap budaya yang juga menjadi identitas masyarakat Jawa ini. Kegiatan wayang ini pasti tidak hanya tontonan tapi sesungguhnya di dalamnya ada tuntunan.
“Saya ingat sekali salah satu walisanga kita, Sunan Kalijaga beliau dulu berdakwah dalam menyebarkan ajaran agama Islam itu juga menggunakan media wayang kulit. Jadi kita juga sekaligus flashback untuk mengingat sejarah,” katanya.
Sehingga cerita calam wayang kulit tidak hanya sebagai tontonan, melainkan juga ada hal yang bisa kita petik hikmahnya. Diharapkan hikma ini bisa dipelajari dandiimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain memiliki manfat pelestarian budaya dan penanaman nilai-nilai moral yang luhur, pagelaran wayang kulit juga bermanfaat untuk meningkatkan paseduluran dan keguyubrukunan antar warga. “Saya titip, kepada bapak-ibu sekalian, sebab yang namanya keguyubrukunan adalah modal dasar pembangunan. Sehab apapun Bupati, Camat atau Kepala Desa tidak akan bisa bekerja, jika masyarakatnya tidak guyubrukun,” katanya.
Oleh karenannya, Bupati Berpesan agar masyarakat Bobotsari senantiasa mendukung apa yang menjadi visi misi dan program dari Kepala Desa untuk mewujudka ‘Bobotsari Bangkit’ sebagaimana yang dislogankan. Keberhasilan Bobotsari juga cermina Keberhasilan Purbalingga.
“Yang namanya Purbalingga ora mungkin berhasil ketika 224 desa yanga da di dalamnya tidak maju. Oleh karenannya ketika kita ingin membangun Purbalingga, makamayuh kita saling saeyeng saekoproyo hulubis kuntul baris membangun desa,” katanya.(Gn/Humas)