PURBALINGGA, INFO- Priyanto, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP N 3 Mrebet dilantik menjadi ketua pengurus harian DPD AGPAII (Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia) Kabupaten Purbalingga. Hal tersebut diketahui saat acara pelantikan pengurus harian DPD AGPAII Kabupaten Purbalingga, Kamis (17/10/2019) di Pendapa Dipokusumo Purbalingga.
Sebanyak 650 guru PAI dari seluruh sekolah yang ada di Purbalingga hadir pada acara tersebut. Diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, acara berlangsung khidmat dan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan surat keputusan pelantikan pengurus DPD AGPAII Purbalingga.
Hadir mewakili Bupati Purbalingga, Sridadi, Staf Ahli Bupati bid. Pemerintahan yang dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada pengurus terlantik dan berharap agar kepengurusan DPD AGPAII Kabupaten Purbalingga bisa menjalankan amanah dengan baik. Menurutnya, peran guru agama Islam sangat sentral guna mencerdaskan warga Purbalingga serta membentuk akhlak yang mulia.
“Selamat kepada pengurus AGPAII terlantik semoga bisa menjalankan amanah dengan baik serta terus bergerak dengan ikhlas untuk mencerdaskan serta membentuk akhlak anak-anak Purbalingga menjadi lebih baik,” katanya.
Dia menambahkan, profesionalisme guru termasuk guru PAI yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan dari pemerintah harus diimbangi dengan kerja keras para guru PAI untuk bekerja keras serta berkomitmen tinggi terhadap anak didiknya. Mencerdaskan yang menjadi tupoksi guru akan sangat berkontribusi besar dalam pengentasan kemiskinan khususnya di Purbalingga. Dirinya menilai kebodohan serta keterbelakangan adalah pangkal dari kemiskinan yang harus diberantas bersama.
“Guru PAI juga harus ikut mengentaskan kemiskinan di Purbalingga yang angkanya sekarang adalah 15,6% dengan cara mencerdaskan anak didiknya. Dengan anak didik cerdas, kebodohan dan keterbalakangan yang menjadi akar kemiskinan akan tereduksi,” imbuhnya.
Priyanto yang baru saja dilantik menjelaskan, tantangan besar yang dihadapi semua pihak termasuk AGPAII adalah menyampaikan secara komprehensif kalau Indonesia adalah bangsa yang heterogen kepada anak didik. Dunia maya yang semua orang sudah ada di dalamnya, tak jarang disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan berita yang memprovokasi sehingga berujung pada intoleransi pada antar umat beragama.
“Tantangan kita pada hari ini adalah tentang bagaimana menjelaskan tentang keberagaman Indonesia di era disrupsi ini sehingga sikap intoleransi pada anak didik bisa direduksi dengan baik,” pungkasnya. (KP-4).