PURBALINGGA – Wakil Bupati Purbalingga Tasdi mengkhawatirkan adanya pekerjaan galian kabel fiber optik di sejumlah ruas jalan protokol dapat mengancam upaya Purbalingga mempertahankan piala Adipura. Padahal pelaksanaan penilaian Adipura tahap kedua diperkirakan pada pekan ketiga bulan April ini.
“Saya tadi sudah meminta pihak PT Telkom agar pekerjaan galian kabel fiber optiknya dapat dipercepat penyelesaianya. Yang penting sebelum waktu penilaian, galian yang ada sudah rapi kembali,” kata Wabup Tasdi saat Rakor Expose Adipura di Operation Room Graha Adiguna, Selasa (14/4).
Sebelumnya, pada Selasa pagi Wabup melakukan pemantauan bersama personil Badan Lingkungan Hidup (BLH) Purbalingga. Mendapati sejumlah jalan wilayah kota terdapat banyak galian kabel fiber optik yang tidak beraturan, dirinya langsung berkordinasi dengan pimpinan PT Telkom Purbalingga.
“Pihak Telkom siap mempercepat pekerjaan dan mendukung adanya penilaian Adipura,” jelasnya.
Dalam expose Adipura yang memaparkan hasil pemantauan tiga tim gabungan, diketahui masih banyak titik pantau yang harus ditingkatkan nilainya. Diantaranya menyangkut proses pemilahan sampah, pengolahan sampah dan ketertiban parkir.
Di setiap titik pantau, lanjut Wabup, penilaian terhadap pemilahan sampah dan pengolahan sampah masih dibawah nilai 75. Bahkan masih ada lokasi yang nilainya 30 – 50 seperti pemilahan dan pengolahan sampah di Pasar Mandiri dan SMP Negeri 5.
“Hasil penilaian P1 Oktober lalu, Purbalingga mendapat nilai 74,89. Saya minta semua titik pantau yang nilainya masih dibawah 75 berupaya meningkatkan nilai minimal menjadi 75,75 seperti hasil penilaian P2 pada Adipura 2014 lalu. Targetnya, P2 nanti dapat naik menjadi 76,51,” kata Wabup.
Sementara, diungkapkan Kris Hartoyo dari Forum Purbalingga Bersih, hingga kini kesadaran memilahan sampah dan pengolahanya masih menjadi pekerjaan rumah dan tugas berat pemkab. Hingga enam kali Purbalingga mendapatkan Piala Adipura, masih sedikit masyarakat yang memiliki kesadaran memilah sampah organik dan unorganik.
“Diperlukan upaya maksimal untuk menggoyang bandul, agar rakyat mulai sadar dan berpartisipasi dalam pengelolaan sampah dengan memilah sampah dari rumah tangga masing-masing,” katanya.
Sayangnya, upaya tersebut harus diimbangi dengan penyediaan sarana prasarana yang memadai. Seperti adanya truk pengangkut sampah yang terpilah dan TPA yang menyediakan proses pemilahan sampah.
“Diperlukan strategi bagaimana caranya mengubah perilaku kita terhadap persoalan sampah. Apalagi kedepan penilaian Adipura mengacu kepada konsep Smart City. Tentu indikator penilaianya akan semakin tinggi,” katanya.
Selain keterlibatan masyarakat, masalah menejemen juga menjadi kendala utama. Dia mencontohkan, hingga kini Taman Kota Hijau Bojong tidak jelas siapa yang bertanggungjawab mengelola. (Hardiyanto)