PURBALINGGA – Malam tasyakuran yang diselenggarakan dalam memperingati Hari Jadi ke-189 Kabupaten Purbalingga menjadi momentum untuk merefleksi diri dan mengungkapkan rasa syukur. Hal ini disampaikan Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE, BEcom, MM (Tiwi) di Pendopo Dipokusumo, Selasa malam (17/12).

Dikatakan Bupati Tiwi, segenap masyarakat Kabupaten Purbalingga pantas bersyukur karena dalam perjalanan 189 tahun Purbalingga terus diberikan anugerah yang baik oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. “Kami bersyukur, selama 20 tahun terakhir geliat pembangunan kabupaten Purbalingga makin terasa. Artinya, selama 20 tahun terakhir Purbalingga tidak diam ditempat. Sesungguhnya kita terus bergerak dan berlari mengejar ketertinggalan,” katanya.

Saat ini, lanjut Bupati Tiwi, Kabupaten Purbalingga menjadi salah satu kabupaten yang “sexy” dan menarik bagi para investor. Bidang pariwisata sudah lama bergeliat dan menjadi rujukan bagi kabupaten/kota lainnya. Sebelumnya, kita juga tidak berfikir akan adanya universitas, hotel bintang empat dan bandara di kabupaten Purbalingga. “Sekarang mimpi itu mulai menjadi nyata. Bahkan kembali ada rencana dibangunnya Universitas Islam Negeri (UIN) di Purbalingga dan pengembangan resort yang akan melengkapi infrastruktur pariwisata kita,” jelasnya.

Di bidang pemerintahan, Bupati Tiwi juga membeberkan sejumlah prestasi yang telah diraih. Seperti diterimanya opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebanyak tiga kali berturut-turut, menjadi Kabupaten Peduli HAM, Penghargaan Wahana Tata Nugraha di bidang transportasi, Abiwara Pariwisata tingkat Jawa Tengah dan keterbukaan informasi publik.

Meski demikian Bupati Tiwi juga mengakui masih banyak pekerjaan rumah yang mesti segera diselesaikan seperti penanganan kemiskinan. Dirinya mengaku berterima kasih kepada semua stakeholder dan sengkuyung masyarakat, sehingga dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tren penanganan kemiskinan mengalami penurunan dari semula 32 persen menjadi 15, 03 persen di tahun 2019. “Artinya program yang kita laksanakan selama ini seperti RTLH, Jambanisasi, Rantang Berkah dan lainnya telah berjalan baik dan tepat sasaran,” katanya.

Sementara budayawan Agus Sukoco yang didapuk menjadi pembicara, merefleksi nilai-nilai kesejarahan kabupaten Purbalingga untuk dapat diterapkan dalam pergerakan pembangunan dan kemasyarakatan saat ini. Agus Sukoco yang tampil bersama kelompok musik Ki Ageng Juguran membedah perjalanan sejarah Purbalingga dari Babad Wirasaba hingga Ki Arsantaka yang menurunkan para bupati Purbalingga.

“Sesungguhnya, Purbalingga adalah ibunya kabupaten-kabupaten di wilayah Banyumas Raya. Karenanya kita harus bangga dan harus menjadi penjaga budaya banyumasan,” katanya.

Kepala Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsosdalduk KBP3A) Raditya Widayaka, selain Malam Tasyakuran, dalam rangkaianya juga diadakan kerja bhakti kebersihan makam leluhur, Ziarah makam leluhur di Makam Arsantaka, Giri Cendana, Giri Purna, Makam Adipati Onje dan Makam Adipati Wirasaba. Pada kegiatan tersebut juga dilakukan pemberian beras dan lele kepada masyarakat di sekitar makam leluhur.

“Pada malam tasyakuran ini juga diberikan bantuan ODKB (orang dengan kecacatan berat-red),” jelasnya. (Hr/humaspurbalingga)