PURBALINGGA – Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM didampingi suami, Rizal Diansyah SE dan sejumlah pejabat Pemkab Purbalingga mengikuti acara Haul Raden Sayyid Kuning di Masjid R Sayyid Kuning, Desa Onje, Mrebet, Rabu (29/1) malam. Acara haul ini guna memperingati wafatnya leluhur Desa Onje, bahkan Purbalingga yakni Abdullah Syarif bin Yahya atau yang kemudian dikenal dengan Raden Sayyid Kuning.
“Di acara ini kita mengenang tokoh/leluhur Raden Sayyid Kuning atau Abdullah Syarif Bin Yahya sebagai tokoh penyebar Agama Islam di Purbalingga,” kata Bupati Tiwi.
Melalui kegiatan ini, Bupati mengajak untuk mendoakan agar leluhur agar R Sayyid Kuning ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Allah Subhanahuwataala. Sedangkan sebagai bagian dari masyarakat Purbalingga yang masih hidup semoga mampu melanjutkan perjuangan leluhurnya khususnya R Sayyid Kuning.
“Semoga kegiatan Haul tidak hanya berlangsung tahun ini saja, karena kegiatan ini banyak mengandung nilai-nilai positif yang mempersatukan umat,” katanya.
Menurut Bupati, Desa Onje merupakan desa yang kaya akan nilai historis untuk Kabupaten Purbalingga. Bahkan Masjid yang ditempati dalam haul kali ini dipercaya merupakan Masjid yang tertua di Jawa. “Jadi masyarakat Desa Onje patut berbangga,” katanya.
Imam Masjid R Sayyid Kuning Onje, Kiai M Maksudi membenarkan informasi tersebut, ia menuturkan berdasarkan cerita turun-temurun, masjid ini pertama dibangun sekitar tahun 1300-an masehi oleh Syekh Syamsudin dari Timur-Tengah.
“Saat itu mushola didirikan menggunakan tiang dari kayu pakis dan atap ijuk. Setelah tahun 1500-an masehi didatangi dan dibangun kembali dengan struktur yang lebih baik oleh Walisongo, diantaranya Sunan Bonang Kudus Kalijaga dan Gunung Jati,” katanya.
Semasa pemerintahan Raden Anyakrapati alias Adipati Onje II, masjid ini kembali direnovasi. Abdullah Syarif yang saat itu sebagai pemuka agama setempat dijadikan menantu oleh Adipati Onje II yang dinikahkan dengan putrinya bernama Kuningwati. Kemudian dijuluki sebagai Raden Sayyid Kuning.
“Semula masjid ini hendak dinamai Baitul Hikmah. Namun Habib Luthfi dari Pekalongan tidak berkenan dan menyarankan diberi nama masjid Raden Sayyid Kuning. Kata ‘Raden’ untuk mengingatkan gelar Adipati Onje, ‘Sayyid’ untuk mengingatkan Sayidina Muhammad dan Sayyidina Ali, sedangkan ‘Kuning’ berasal dari nama Isteri Abdullah Syarif, yakni Kuningwati,” katanya.(Gn/Humas)