PURBALINGGA – Wajah-wajah sumringah terlihat dari raut muka warga Desa Karangjambe, Kecamatan Padamara, Purbalingga yang mengantri duduk di balai desa setempat, Rabu (13/5). Penantian panjang kabar jika pemerintah membagikan uang tunai Rp 600 ribu selama tiga bulan akhirnya terbukti.
Slamet Sangsiono (32), buruh harian warga RT 4/III Desa Karangjambe, Kecamatan Padamara mengaku, semenjak korona mulai muncul, beberapa proyek pekerjaan bangunan dan sambatan dari tetangga untuk membantu pekerjaan serabutan hampir tidak ada. Praktis, selama dua bulan lebih tidak ada pendapatan sepeserpun. Tabungan, juga tidak punya. Untuk biaya hidup, hanya mengandalkan hasil kebun dan meminjam di warung.
“Sejak ada korona, tidak ada pekerjaan sama sekali. Saya tidak ada pendapatan sepeserpun. Untuk hidup sehari-hari, sementara dari hasil kebun dan hutang di warung tetangga. Untung ini saya dapat bantuan, bisa untuk menutup kebutuhan makan sehari-hari. Berita di televise yang katanya aka nada bantuan Rp 600 ribu ternyata benar-benar terwujud dan sampai ke orang yang tidak mampu seperti saya,” tutur Slamet.
Tidak hanya Slamet Sangsiono, seorang guru honorer TK Pertiwi di Desa Kutasari, Kecamatan Kutasari, Dwi Noviyanti (34) juga mengaku terbantu. Menjadi guru honorer Taman Kanak-kanak Pertiwi di desanya lebih ke pengabdian. Penghasilannya jauh dibawah UMK. Apalagi ia sebagi single parent harus menghidupi dua orang anak sendirian.
“Saya sangat bersyukur sekali bisa mendapat bantuan sosial dari pemerintah. Apalagi dua bulan ini sekolah TK libur, dan saya tidak mendapat penghasilan apa-apa. Simpanan uang juga menipis. Untung saya termasuk dari salah satu warga di Desa Kutasari yang menerima bantuan,” ujarnya. Di Desa Kutasari ada 237 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bansos Tunai dari Kemensos.
Cerita lain datang dari Nenek Manisem (70), warga RT 03/IV Kelurahan Bancar, Purbalingga. Nenek yang berstatus janda ini mengaku sangat bersyukur sekali bisa mendapat bantuan uang Rp 600 ribu. Selama ini untuk menopang hidupnya dari tetangga dan kerabat dan keluarga. “Saged ngge tumbas beras, kalih keperluan sanese (bisa untuk membeli beras dan keperluan lainnya),” tutur Manisem saat ditanya Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi.
Untuk menuju balai kelurahan, nenek Manisem harus menggunakan alat bantu. Ia diantar oleh ketua RT agar mudah mengurus administrasi pencairan. Beruntung petugas Kantor Pos yang mendatangi nenek Manisem di teras balai kelurahan saat akan mengambil foto penerimaan bansos sebagaimana persyaratan dari Kemensos.
Cerita bahagia juga datang dari Tri Marwati (32) buruh pabrik rambut PT Boyang Industrial Purbalingga. Semenjak korona datang, kerja di pabrik dibuat bergilir, dua hari sekali masuk, atau dalam sebulan hanya bekerja sekitar 12 – 13 hari. “Saya masuk kerjanya dua hari sekali, otomatis penghasilan saya berkurang, karena model kerjanya borongan. Saya harus menghidupi satu anak saya sendiri karena sudah pisah dengan suami. Saya sangat bersyukur sekali kepada pemerintah karena mendapat uang bantuan. Ternyata Tuhan maha adil dan tidak menutup reseki orang-orang yang membutuhkan,”tutur warga Kelurahan Purbalingga Kulon ini.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengajak kepada warga yang menerima bantuan sosial apapun bentuknya harus tetap disyukuri. Selain itu menjadi rejeki, juga sebagai wujud perhatian pemerintah kepada warganya. Tiwi mengajak wujud syukurnya kepada pemerintah dengan mentaati anjuran pemerintah baik dari pemerintah pusat hingga daerah. Taati anjuran untuk memakai masker, mencuci tangan rutin, menjaga jarak sosial dan untuk sementara jangan berkerumun. (y-Humas Purbalingga).