PURBALINGGA, INFO – Pegiat kopi di Desa Kramat saat ini tengah mengembangkan olahan kopi luwak liar. Kopi tersebut diolah dari kotoran luwak liar yang berada di kawasan hutan Desa Kramat, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga.
Muhammad Faiz, salah satu pegiat kopi Desa Kramat mengatakan kopi luwak liar mulai dikembangkan karena harganya yang cukup fantastis dan rasanya yang berbeda dengan kopi-kopi pada umumnya. Biji kopi yang didapatkan pun dicarinya di dalam kawasan hutan yang banyak ditumbuhi tanaman kopi.
“Jadi luwaknya ini bukan luwak peliharaan tetapi luwak yang masih berkeliaran di dalam hutan jadi mencari biji kopi dari kotoran luwaknya pun perlu kesabaran,” kata Faiz saat dijumpai dihubungi, Kamis (13/8).
Ia menuturkan biji yang terdapat pada kotoran luwak berbau wangi dan berisi biji-biji kopi yang sudah dimakan oleh luwak liar bersamaan dengan buah-buahan lain. Lokasi hutan di Desa Kramat menurutnya cukup asri dan masih banyak dijumpai luwak liar juga pohon kopi di lahan milik perhutani.
“Kotoran yang diambil yang masih segar dan tidak berbau justru wangi seperti aroma pandan,” ujarnya.
Namun, pencarian kotoran luwak liar tidak semudah itu, ia harus menelusuri hutan yang masih dipenuhi semak belukar dan cukup jauh dari pemukiman warga. Selanjutnya, Faiz harus memetakan dimana lokasi luwak itu membuang kotorannya dan pohon-pohon kopi yang sudah berbuah matang.
“Kemampuan luwak ini akan mencari buah kopi yang sudah matang. Tapi memang tidak setiap hari bisa langsung mendapatkan kotoran luwaknya harus betul-betul sabar untuk mencarinya,” terang Faiz.
Dalam satu hari, Faiz biasanya mendapatkan paling sedikit satu ons kadang juga tidak mendapatkan. Jika dihitung dalam satu bulan perolehan kotoran luwak hanya berkisar 1-2 kg itu pun ketika sedang beruntung.
“Setelah terkumpul, kotoran luwak ini kemudian masuk ke proses penjemuran kutang lebih memakan waktu 10 hari sampai bijinya siap di roasting,” tuturnya.
Pengolahannya pun tidak terlalu susah dan tidak jauh berbeda dengan kopi-kopi lainnya. Faiz memasarkan produk kopi luwak liarnya dalam bentuk roastbean atau bubuk dengan harga Rp 100 ribu per 11 gram.
“Harga ini relatif cukup murah dibandingkan dengan Kabupaten Temanggung yang harga 100 gr berkisar Rp 300 ribu,” ungkap Faiz.
Ia menjelaskan pengolahan kopi luwak liar di kedai kopinya terbilang masih baru dan stok kopi yang ada belum bisa dipastikan karena mencari kopi luwaknya cukup susah. Berkat usahanya mengembangkan kopi tersebut, kopi luwak liar Sigotak telah mendapatkan label halal.
“Alhamdulillah Kopi Luwak Liar Sigotak sudah berlabel halal dan rasa kopinya sendiri lebih kental, legit dan rasa asamnya muncul karena kopi ini sudah melalui fermentasi secara alami dan tercampur dengan buah lain di hutan,” tuturnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM (Dinkop UKM) Kabupaten Purbalingga, Budi Susetyono mengatakan kopi luwak liar olahan pegiat kopi Desa Kramat ini nantinya bisa terus dikembangkan dengan baik. Apalagi saat ini sudah banyak bermunculan para pecinta kopi bahkan kedai-kedai kopi di wilayah Purbalingga.
“Tentunya ini menjadi peluang yang cukup baik untuk pegiat kopi Desa Kramat untuk bisa memasarkan dan mengembangkan produk Kopi Luwak Liar agar bisa tembus pasar nasional,” kata Budi yang dihubungi secara terpisah. (PI-7)