PURBALINGGA, INFO – Festival Film Purbalingga (FFP) 2020 kembali digelar untuk yang ke-14 kalinya. Meskipun di tengah terpaan pandemi covid-19, FFP sebagai salah satu program tahunan CLC Purbalingga akan tetap dihadirkan dengan kemasan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
FFP 2020 akan berlangsung secara virtual melalui kanal Youtube Misbar Purbalingga selama sepekan yakni 24 – 31 Oktober 2020. Bahkan karena pandemi covid-19, gelaran FFP yang biasanya dilaksanakan bulan Juli selama sebulan penuh harus mundur hingga Oktober dan hanya berlangsung selama satu minggu.
Direktur FFP Bowo Leksono merasa sedih karena FFP pada tahun ini tidak dapat berjumpa langsung dengan penonton terutama masyarakat desa. Ia menuturkan pada tahun-tahun sebelumnya FFP berkeliling ke beberapa desa untuk memutarkan film menggunakan layar tancap hingga mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat.
“Sedih memang jika FFP tahun ini tidak bertemu langsung penonton, utamanya masyarakat desa. Tapi mau bagaimana lagi, kami harus menyesuaikan dengan kondisi saat ini,” kata Bowo saat Jumpa Pers di Kedai Pojok Kompleks Usman Janatin, Selasa (20/10).
Dengan tetap mempertimbangkan aspek kesehatan dan keberlangsungan film di Banyumas Raya, Bowo menginginkan FFP tetap berlangsung meskipun dengan nuansa baru dan konsep yang berbeda. Pengelola FFP sendiri berkomitmen untuk tetap memberikan tontonan yang menarik dan edukatif kepada masyarakat walaupun secara daring.
“Untuk pemutaran film akan berlangsung di Misbar Purbalingga dengan jumlah penonton yang terbatas dan tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan covid-19,” ujarnya.
Ia menjelaskan program FFP merupakan kompetisi film pelajar tingkat SMA sederajat se Banyumas Raya (Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Kebumen, Red) dengan mengusung tema “Pandemi Covid-19”. Sehingga film yang terdaftar dalam kategori fiksi maupun dokumenter berkisah tentang pandangan pelajar terhadap situasi pandemi yang saat ini tengah terjadi.
“Diharapkan tema ini menjadi stimulus agar para pelajar bisa terus kreatif walaupun aktivitasnya terbatas karena pandemi covid-19,” terang Bowo.
Bowo menuturkan terdapat 14 film fiksi dan 5 film dokumen pelajar yang terdaftar. Menurutnya, secara kuantitas ada penurunan dari tahun sebelum-sebelumnya, namun bagi pelajar yang bisa menyelesaikan produksi film menjadi keberhasilan tersendiri apalagi dibuat di tengah pandemi yang membutuhkan koordinasi dan komunikasi yang baik untuk menyelesaikan sebuah film.
“Film-film kompetisi pelajar yang masuk pengelola festival kemudian dikurasi dan hasilnya hanya ada tujuh film fiksi dan lima film dokumenter yang akan diputar secara langsung di akun Youtube Misbar Purbalingga,” jelasnya.
Dalam jumpa pers, Bowo menerangkan pandemi covid-19 memang mempengaruhi proses pembuatan film. Dan ini menjadi tantangan tersendiri agar bagaimana dapat berkoordinasi dengan sekolah-sekolah se Banyumas Raya untuk mengkomunikasikan siswanya memproduksi film.
“Tahun ini juga tidak ada workshop pembuatan film, padahal workshop ini menjadi hal penting untuk membuat film, di sisi lain ada ketakutan juga dari pihak sekolah ketika siswanya melakukan proses pembuatan film,” tutur Bowo.
Dirinya mengaku ada ketakutan ketika FFP 2020 disiarkan secara live streaming di Youtube Misbar Purbalingga. Secara teknis ada yang perlu diperhatikan ketika penayangan film secara virtual yakni terkait dengan hak cipta dan aturan pada youtube.
“Ini tantangan baru bagi CLC Purbalingga, dengan kemasan baru semoga nantinya berjalan dengan lancar dan geliat film karya pelajar ini bisa tetap menggeliat meskipun terhambat adanya pandemi covid-19,” pungkasnya. (PI-7)