PURBALINGGA – Untuk memantau harga komoditas pokok, khusunya kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas) yang berdampak terjadinya inflasi saat harganya tidak terkendali, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jateng meluncurkan aplikasi Sistem Informasi Harga Produksi Komoditi (SiHati) yang terintegrasi dengan smartphone berbasis android di Purbalingga. Peluncuran aplikasi diikuti langsung Bupati Purbalingga Tasdi dan Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Purbalingga Kodadiyanto dan pejabat terkait serta Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Purwokerto di Ruang Rapat Bupati Komplek Setda Purbalingga Senin (29/2).
Menurut Asisten Manajer Perwakilan Kantor Bank Indonesia Jateng Frisca Zehan Phalupy, aplikasi tersebut merupakan generasi kedua dari website SiHati yang diluncurkan sejak 2013 dan merupakan website pertama di Indonesia yang dikhususkan untuk pemantauan harga dan produksi komoditi.
“Melalui aplikasi tersebut, para kepala daerah dapat lebih cepat memantau pergerakan lonjakan harga dan produksi komoditas. Karena dapat dilihat langsung dari telepon pintar mereka masing-masing,”tuturnya.
Selain itu, kata Frisca, hal tersebut merupakan bagian daripada mengatasi lonjakan harga yang sering disebut protokol manajemen. Aplikasi tersebut juga merupakan bentuk komitmen berbagai pihak dan pemangku kepentingan baik di tingkat provinsi dan kabupaten/kota di Jawa Tengah dalam menjaga serta mengendalikan inflasi daerah, untuk mendukung stabilitas perkonomian di daerah.
Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Produksi Dan Distribusi Bagian Perekonomian Setda Purbalingga Isriyati usai peluncuran SiHati mengatakan, aplikasi tersebut, merupakan wujud keinginan dari Gubernur Jawa Tengah yang berkeinginan adanya semacam pengawasan harga komoditas di pasaran, karena aplikasi tersebut dapat dijadikan virtual meeting bagi anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mulai dari bupati, sekda dan pimpinan SKPD serta pemangku kepentingan di daerah. Sehingga apabila terjadi lonjakan harga, maka TPID dan pemangku kepentingan segera dengan cepat mengambil keputusan tanpa harus berkumpul di tempat rapat.
“Jika terjadi lonjakan harga salah satu komoditas, maka para anggota TPID cukup di virtual meeting saja, tanpa harus berkumpul ditempat rapat,”terangnya. (Sukiman)