PURBALINGGA – Para pegiat wisata di Purbalingga memanfaatkan kegiatan karnaval Hari Ulang Tahun (HUT) ke-71 Republik Indonesia (RI), Selasa (30/8) sebagai sajang promosi wisata. Mereka bergabung dengan barisan dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora), serta membagikan leaflet selama di perjalanan.
Pegiat wisata yang ikut ambil bagian dalam pawai yang berlangsung meriah itu, antara lain kampung wisata Kurcaci, Desa Serang, Karangreja, kemudian operator Outbond ‘Serang Adventur (SAD), Rafting dan Tubing Desa wisata Onje, Desa wisata Tanalum, dan Paguyuban Wisata Purbalingga (Wisbangga).
Pegiat Kampung Wisata Kurcaci, Edi Susanto mengungkapkan, pihaknya menyampaikan apresiasi dan terima kasih karena diberi kesempatan untuk ikut bergabung dengn Dinbudparpora dan sekaligus melakukan promosi wisata. Edi bersama 13 rekan lainnya membawa miniatur kampung kurcaci, boneka kurcaci, serta membagikan leaflet wisata.
“Kampung Kurcaci merupakan wisata yang mulai dikembangkan sejak lebran lalu, bahkan kami baru menandatangani kerjasama dengan Perum Perhutani selaku pemilik lahan hutan, Selasa (30/8) pagi, sebelum mengikuti karnaval. Ajang karnaval, sekaligus kami manfaatkan sebaik mungkin,” kata Edi Susanto, disela-sela karnaval.
Hal senada juga disampaikan Pulung, pegiat wisata dari Serang Adventure. Ia memanfaatkan karnaval sebagai ajang untuk memperkenalkan operator outbond ke masyarakat Purbalingga. Begitu pula dengan wisata minat khusus rafting dan river tubing di sungai Klawing Desa Onje, Kecamatan Mrebet. “Kami sengaja membawa perahu karet yang biasa digunakan untuk rafting, keliling kota dengan cara diangkat bersama-sama,” kata Pulung.
Partomo, sekretaris Paguyuban Wisata Purbalingga (Wisbangga), juga mengenalkan sejumlah destinasi wisata di Purbalingga. Pasukan yang dibawanya mengenakan helm, dan membawa tali outbond.
Lain lagi dengan desa wisata Tanalum, mereka mengerahkan pasukan yang lumayan banyak. Ada sekitar 50 orang yang terdiri dari remaja hingga kaum tua. Para remaja dan pegiat wisata membawa baligho kecil bergambar foto-foto wisata di Desa Tanalum yang didominasi dengan wisata curug (air terjun). Sementara para kaum ibu, mereka berdandan ala petani dan sambil berjoget diiringi musik bambu yang biasa disuguhkan kepada wisatawan yang datang ke Tanalum. “Kami memang ingin tampil meriah, dan menjadikan karnaval ini sebagai ajang promosi. Masyarakat rupanya sangat antusias dan menyambut baik,” katanya.
Dwi Nugroho, pengelola bakal wisata ‘Darimu’ Desa Bokol, Kecamatan Kemangkon, juga menampilkan seni khas dari barang bekas seperti kaleng cat, peragaan busana daun dan koran bekas. Beberapa anggota komunitas ‘Darimu’ membawa egrang dengan ukuran tinggi sekitar 3 meter untuk menarik masyarakat. “Kami ingin masyarakat Purbalingga bisa datang ke sangar ‘Darimu’ untuk belajar seni, atau menikmati masakan khas desa yang kami kemas dengan angkringan Mamake,” ujarnya.
Dalam barisan Dinbudparpora, juga dimeriahkan tari angguk dari sanggar tari Citra Budaya, serta Paguyuban Kakang Mbekayu Purbalingga (Kayulingga).
Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora, Ir Prayitno, M.Si mengatakan, karnaval HUT RI ini memang sengaja dimanfaatkan untuk mengenalkan desa-desa wisata dan komunitas pegiat wisata yang kini tengah dikembangkan di Purbalingga. Berbagai event dijadikan ajang promosi, meski itu levelnya masyarakat lokal. “Masyarakat saat ini cenderung memiliki media sosial, dan ketika mereka mengunggah foto-foto karnaval yang menampilkan desa wisata, tentu itu menjadi ajang promosi secara viral yang cukup mengena,” katanya.
Prayitno menambahkan, para pegiat desa wisata lainnya juga memanfaatkan ajang karnaval itu sebagai arena promosi. Para pegiat wisata itu bergabung dengan barisan dari kecamatan masing-masing. Seperti pengelola desa wisata Panusupan, Kecamatan Rembang, mereka bergabung dengan barisan dari kecamatan. “Kami sangat mengapresiasi semangat para pegiat wisata yang sudah semakin sadar memanfaatkan berbagai event untuk sarana promosi wisata,” tambahnya. (y)