Gaya kepemimpinan Drs H Heru Sudjatmoko, M.Si, Bupati Purbalingga, perlahan namun pasti. Sifat kebakapan yang penuh dengan nasehat kehidupan, seringkali dilontarkan dalam setiap berbagai kesempatan. Dengan kalimat yang santun dan kalem, bapak tiga orang anak ini juga mampu merangkul berbagai lapisan masyarakat. Tentu dengan gaya khas nya, sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain.
“Untuk membangun Purbalingga, mari kita bekerja bersama. Kita brayan nyambut gawe, brayan urip, brayan slamet. Jka ada masalah, mari dirembug bareng,” ujar pria kelahiran Purbalingga, 13 Juni 1951 ini.
Sejak memimpin Purbalingga bulan Juli 2010 lalu, suami dari Ny Sudarli ini, tak lepas dari kritikan. Namun, ia menyikapinya dengan arif dan bijaksana. Tanpa sikap emosi dan selalu tenang menghadapinya. Kritikan yang datang dari warga masyarakatnya, tak menjadikan semangatnya mengendor dalam mengabdi. Ia tetap sabar, mesti kritikan itu lumayan pedas.
“Saya tetap berusaha sabar. Jika diibaratkan sebuah keluarga, jika ada anak yang mengkritik atau ngrasani orang tuanya, itu berarti si anak sedang membutuhkan perhatian,” tutur lelaki yang menempuh pendidikan S 1 di Institut Ilmu Pemerintahan dan S-2 di Magister Administrasi Publik Undip Semarang ini.
Heru yang mengabdikan diri semenjak jadi PNS tahun 1976 hingga akhirnya terpilih sebagai bupati Purbalingga periode 2010 – 2015 ini, menyadari jika kebijakan yang ditempuhnya tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun, Heru tetap berprinsip bekerja yang tekun dan benar sesuai aturan yang ada. “Pokoke Nyambut gawe sing bener kanggo kepentingan masyarakat,” ujarnya.
Soal posisinya sebagai bupati, Heru menyatakan sejak kecil tak pernah terpikirkan untuk hal itu. Ia mengaku sudah sangat bersyukur ketika bisa menikmati sekolah ditengah keluarga yang hidupnya sederhana. “Saya sudah bersyukur bisa sekolah dan memperoleh pekerjaan. Saya tak pernah membayangkan jika akhirnya bisa menjadi bupati,” tuturnya. (prayitno)