PURBALINGGA – Jika berwisata ke Purbalingga, cobalah keluar dari wisata mainstream massal yang ada. Arahkan kendaraan Anda menuju wilayah Kecamatan Rembang untuk menikmati pesona alam dan kehidupan masyarakat pedesaan di Desa wisata Panusupan. Berbaurlah dengan kehidupan masyarakat setempat. Bagi warga kota, tentu petualangan berwisata ini akan menjadi kenangan indah selama hidup.
Untuk menuju Panusupan, memang harus melalui jalan berkelok yang sempit. Namun, tak perlu khawatir, kendaraan roda empat bisa masuk di kampung yang berada di sisi Timur kota Purbalingga ini. Dari pusat kota, perjalanan yang harus ditempuh sekitar 34 kilometer. Rasa lelah, langsung akan terobati setelah sampai di kampung yang warganya ramah-ramah ini.
Untuk bisa mengikuti kehidupan masyarakat setempat, alangkah lebih baik jika mengambil paket kunjungan dua hari satu malam. Dengan harga paket Rp 350 ribu per orang sudah mendapat fasilitas menginap di homestay, makan, menikmati berbagai daya tarik wisata, membajak di sawah bersama kerbau, menanam padi dan bisa juga bermain di sungai nan jernih airnya atau pergi ke bukit seribu bintang, atau memasak masakan tradisional.
“Liburan akhir pekan ini sangat mengesankan dan keren. Saya bisa turun ke sawah, ikut membajak sawah, menanam padi, dan bisa mandi di sungai. Ini wisata yang unik dan sangat berkesan dalam hidup saya,,” ujar Astri(19), salah satu wisatawan dari Palembang.
Astri bersama dua teman lainnya dari Jakarta, Wanti dan Wita sengaja datang ke Desa Panusupan setelah melihat promosi di internet. “Suasananya jauh dari keramaian kota, udaranya masih sangat segar dan terasa sunyi. Saya menikmati sekali saat naik bermain bersama kerbau di sawah. Pokoknya keren abis,” ujar Wita.
Wanti juga menyatakan hal serupa, selain bisa menikmati paket wisata membajak sawah dan menanam padi, bisa menikmati daya tarik wisata yang ada, seperti jembatan cinta, kampung hijau, Igir Wringin, curug pesarean, bukit seribu bintang Sendaren, rumah pohon, dan banyak tempat menarik di Panusupan. “Saya tidak kecewa bisa menikmati wisata yang berbeda dari biasanya. Bisa berbaur dengan warga masyarakat desa yang ramah-ramah pula,” kata Wanti.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ardi Mandala Giri yang mengelola paket kunjungan wisata ke Desa Panusupan, Yanto Supardi mengatakan, pihaknya menjual suasana alami dan apa adanya kehidupan masyarakat di desa. Jika wisatawan datang, mereka kami ajak untuk berbaur dan melakukan aktivitas rutin masyarakat. Bisa memetik salak yang banyak di desa kami, membajak sawah, bermain ke sungai, atau jalan-jalan ke gunung. “Wisatawan yang datang, pasti kami sambut dengan ramah dan puas bisa menikmatinya,” kata Yanto..
Secara terpisah Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga mengatakan, trend pergeseran wisata mulai bergeser dari wisata massal yang mengunjungi obyek wisata, ke arah wisata alternatif yakni mengunjungi desa-desa wisata. Momen pergeseran tren wisata ini harus ditangkap peluangnya dengan mengembangkan paket kunjungan wisata ke desa.
“Sasaran kunjungan wisatawan tak bisa dipisahkan dari aspek fun, food, fashion, family centre, dan selfi. Peluang yang diambil oleh pelaku desa wisata ada di aspek fun dengan menyuguhkan permainan yang membuat hati gembira, fooddengan menyuguhkan makanan ala desa yang tidak dijumpai di kota, selfi dengan membuat beberapa daya tarik yang dijadikan obyek foto selfi dan family centre yang menawarkan peket wisata keluarga mengunjungi desa wisata dan terlibat langsung melakukan aktivitas warga setempat, seperti membajak sawah dan menanam padi,” kata Prayitno. (y)