PURBALINGGA – Bertempat di Pendapa Dipokusumo Rabu malam (30/11) Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi beserta pejabat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga serta tamu undangan dari berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) Se-Kabupaten Purbalingga menikmati kegaiatan rutin bulanan pentas kesenian uyon-uyon.
Berbagai tari tradisional, tembang-tembang karawitan Jawa dan gending-gending atau musik gamelan dimainkan dengan penuh semangat oleh para siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Bobotsari yang tergabung dalam grup kesenian karawitan “Prasanti Laras” dihadapan para tamu undangan. Bahkan anak-anak asuhan Kepala Sekolah SMPN 3 Bobotsari Eni Rundiati yang pernah menyabet juara harapan tiga lomba Pekan Seni Tingkat SMP Se-Kabupaten Purbalingga mendapat apresiasi dari Wabup.
“Prasanti Laras dari SMPN 3 Bobotsari merupakan juara harapan tiga pecan seni tingkat SMP Se-Kabupaten Purbalingga dan ini merupakan cerminan bahwa SMPN 3 Bobotsari telah suskes dan berhasil melakukan pembinaan seni dan budaya kepada anak didiknya. Hal itu tercermin dengan diraihnya lomba tersebut,”tutur Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi.
Untuk itu, sambung Wabup, pihaknya mengapresiasi pihak sekolah khususnya pihak SMPN 3 Bobotsari yang selama ini melakukan pembinaan seni budaya lokal di sekolah tersebut.Sehingga budaya lokal disekolah tetap terjaga serta diminta agar dipertahankan.
“Saya apresiasi kepada pihak sekolah yang sudah melakukan pembinaan seni budaya lokal khsusnya karawitan, sehingga sampai hari ini tradisi lokal atau budaya karawitan senatiasa terjaga. Dengan diraihnya penghargaan tersebut saya minta untuk dipertahankan,”pintanya.
Menurut Wakil Bupati Purbalingga, saat ini masyarakat dihadapkan pada zaman globalisasi atau digitalisasi. Di zaman tersebut berbagai perkembangan kemajuan teknologi luar biasa pesatnya dan hal tersebut memberikan dampak positif dan negatif
“Dampak positifnya, masyarakat dapat mencari berbagai informasi dari teknologi tersebut, kita mau mencari informaasi tentang ini dan itu berbagai hal tinggal klik saja atau googling saja. Sedangkan dampak negatifnya seluruh informasi dari belahan dunia luar dengan mudah masuk mana saja. Termasuk juga semua informasi seni budaya dari luar. Hal tersebut dapat masuk memberikan dampak negatif apabila kita tidak mempunyai pondasi yang kokoh maka ini akan mengikis kebudayaan tradisional kita,”ujarnya.
Dampak tersebut, kata Wabup saat ini sudah mulai terlihat, seperti anak-anak sekolah sekarang apabila ditanya musik favoritnya maka jawabnya bukan musik tradisional namun lebih mengenal musik reage, hip hop, disko dan sebagainaya.
”Jarang sekali anak-anak muda kita yang mejawab atau menyukai music favoritnya musik tradisional atau musik jawa itu jarang sekali,”tuturnya.
Oleh karena itu, tandas Wabup, pemerintah daerah melakukan kegiatan uyon-uyon yang dilakukan rutin sebulan sekali. Hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk melestarikan budaya tradisional Jawa sekaligus menumbuhkan kecintaan kepada generasi muda dan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal tradisional khususnya karawitan. Kegiatan tersebut juga sekaligus bermanfaat untuk mencetak bibit-bibit seniman seniwati yang masih muda melalui sekolah-sekolah, karena jiwa atau pemikiran mereka masih fresh/segar. (Sukiman)