Nori, makanan khas Jepang, biasanya terbuat dari rumput laut yang dikeringkan. Tapi, di Desa Krenceng Kecamatan Kejobong Purbalingga ada lho Nori yang terbuat dari daun singkong. Rasanyapun tak jauh berbeda dari nori asli Negeri Sakura. Namanya Too Too Noi!
Camilan Too Too Noi sedang menjadi buah bibir saat ini. Debut pertamanya saat Lebaran 2014, langsung mendapat sambutan positif masyarakat, baik dari Purbalingga maupun luar Purbalingga. Rasanya yang mirip dengan nori asli Jepang tapi harganya murah meriah, menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan, dalam sekejap, Too Too Noi menjadi salah satu oleh-oleh khas Purbalingga.
“Awalnya saya nonton film tentang camilan dari Thailand yang terbuat dari rumput laut. Ya mirip seperti di Jepang. Saya jadi terinspirasi untuk membuat camilan serupa tapi dari daun singkong,” ujar Toto Maryoto, penemu ide membuat Nori Daun Singkong.
Kenapa daun singkong? Ternyata karena jumlah daun singkong sangat berlimpah di daerahnya. Selama ini, para petani menganggap hanya singkongnya saja yang memiliki nilai jual. Daun singkongnya tidak terlalu termanfaatkan dengan baik.
“Apalagi saat ini banyak ibu yang bekerja sebagai pengupas singkong dengan penghasilan minim. Saya sangat berharap dengan adanya Too Too Noi ini, akan memberikan penghasilan tambahan bagi mereka,” ungkap Toto tentang misi mulianya.
Disebut Too Too Noi, pertama karena itu mendekati namanya : Toto. Sedang Noi merupakan istilah atau bahasa prokem untuk nori.
“Lalu saya mulai melakukan uji coba. Agak lama, sampai satu tahun,” kisahnya.
Usaha Toto untuk mencari cara mengolah daun singkong menjadi nori yang enak dan layak jual tidaklah sia-sia. Pemuda desa ini sangat bersyukur karena impiannya untuk memproduksi nori dari daun singkong dapat terealisasi.
“Mudah-mudahan ini dapat berkontribusi terhadap kemajuan kuliner di Purbalingga,” katanya penuh harap.
Meski usaha yang dirintisnya masih seumur jagung, perkembangannya relatif pesat. Apalagi setelah berbagai media massa, termasuk televisi nasional membuat ulasannya dalam bentuk feature. Sampai saat ini, ada sembilan orang warga setempat yang dia berdayakan untuk mengolah daun singkong menjadi nori yang yummy.
“Tiap orang rata-rata mampu mengolah 100 ikat daun singkong. Dan setiap ikat, mereka akan menerima upah senilai dua ribu rupiah,” tuturnya.
Para petanipun mendapatkan manfaat dari keberadaan Too Too Noi. Rata-rata mereka mampu menebas atau mengambil daun singkong di kebun seminggu sekali. Dalam sehari, Toto mengaku mampu memproduksi Too Too Noi antara 250 hingga 400 bungkus ukuran 50 gram. Bahkan kini muncul dalam kemasan ekslusif 75 gram. Rasanyapun semakin bervariasi, ada original, pedas, keju dan sebagainya.
“Too Too Noi menjadi berkah bagi warga desa kami, semoga selamanya,” harap Toto.
Too Too Noi kini sangat mudah didapatkan. Hampir semua outlet oleh-oleh, terutama Toko Jenderal di Desa Brobot Jalan Raya Purbalingga Bobotsari, dan Griya UMKM di utara Pasar Segamas serta toko-toko kue menyediakan. Bagi Anda yang berada di luar kota, bisa juga membeli secara on line melalui http://crispydaunsingkong.blogspot.com, atau menghubungi Toto melalui 089 692 055 191. Kesempatan menjadi resellerpun masih terbentang luas. (*)