PURBALINGGA, HUMAS – Permainan Jedodhan yang dipentaskan di Pendopo Cahyana Purbalingga, Kamis (29/3) malam, dipersiapkan menjadi duta seni Jawa Tengah dalam ajang Pekan Informasi Nasional ke-4 di Manado.
Permainan berbentuk fragmen dengan durasi 30 menit, harus bersaing dengan 6 kelompok pertunjukan lainnya di Jawa Tengah. Yakni dari kabupaten Kendal, Kota Surakarta, Kabupaten Temanggung, Purworejo, dan Purbalingga. Enam kelompok kesenian itu, akan diseleksi di tingkat
Provinsi Jawa Tengah untuk memilih satu kelompok yang akan mewakili Jawa Tengah.
”Optimis. Kita optimis menang dan menjadi wakil Jateng. Apalagiapresiasi kepada seni calung Purbalingga terus meningkat,” kata KepalaBidang Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Drs Sri Kuncoro.
Wakil Bupati Purbalingga Drs H Sukento Ridho Marhaendrianto MM sangatmendukung berbagai kegiatan kesenian yang ada di Purbalingga. BahkanPendopo Cahyana yang menjadi rumah jabatan dirinya sebagai wakilbupati, sering menjadi tempat pementasan pertunjukan kesenian.
”Pada era modern sekarang, penggunaan media tradisional pertunjukanrakyat masih diperlukan. Terutama dalam upaya menyampaikan informasikepada masyarakat tradisional yang masih menjadi mayoritas diIndonesia,” kata Wabup Sukento disela-sela menyaksikan pentas permainan Jedodhan sekaligus sosialisasi Forum Komunikasi MediaTradisional (FK Petra) Jawa Tengah, di Pendopo Cahyana, Kamis (29/3) malam.
Sementara itu, pemilik sanggar seni Wisanggeni, Susiati menuturkan,cerita pada permainan Jedodhan diambil dari novel terkenal karya seniman Banyumas Ahmad Tohari berjudul Ronggeng Dukuh Paruk. Fragmen yang diiringi calung banyumasan yang dimainkan 7 pengrawit Wisanggeni, menceritakan adanya perbedaan pendapat antar anggota kelompok
ronggeng. Meski demikian percekcokan yang terjadi akhirnya dapat berakhir dengan semangat kekeluargaan.
”Alur cerita disesuaikan dengan tema yang disyaratkan, yakni kebangkitan nasional dan penegakan 4 pilar kebangsaan,” katanya.
(Humas/Hr)