PURBALINGGA, DINKOMINFO – Pemerintah Kabupaten Purbalingga mengembangkan aplikasi teknologi modern untuk pembangunan pertanian berkelanjutan. Teknologi yang diterapkan kali ini berupa penggunaan pesawat tanpa awak (drone) untuk melakukan pemupukan melalui udara pada areal persawahan. Kerjasama ini melibatkan Yayasan Panglima Besar Jenderal Soedirman dan UAV Research Institute Co.Ltd, Hubei, China,
Ujicoba pemupukan dilakukan pada areal tanaman padi varietas Tegalgondo di lahan milik petani seluas 23,5 hektar di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Senin (22/5). Jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk bio mineral organik ‘Jenderalium’ yang berbahan dasar material vulkanis Gunung Merapi. Jenis pupuk tersebut diproduksi oleh Yayasan Panglima Besar Jenderal Soedirman dengan bendera perusahaan PT Bumi Maringi Mukti.
Ikut hadir dalam kesempatan itu staf Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Ketahanan Pangan Brigjen TNI Affifudin, Co-Founder of Lookhed (Wuhan) UAV Research Institute Co.Ltd, Hubei, China, Wang Ke Zhen, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Purbalingga Ir Sigit Subroto, MT, Kepala Dinas Pertanian Ir Lili Purwati, Komandan Kodim 0702 Purbalingga Letkol Kav Dedi Safrudin, dan sejumlah undangan lain.
Ketua Yayasan Jenderal Soedirman, Drs Ir H Bugiakso mengungkapkan, teknologi pemupukan menggunakan drone akan lebih efisien baik dalam hal waktu, biaya dan teknis di lapangan. Satu hektar areal perswahan hanya membutuhkan waktu 16 menit untuk melakukan penyemprotan dengan pesawat drone. Selain itu, jenis pupuk yang digunakan berupa partikel berukuran mikron. “Pupuk yang digunakan merupakan pupuk organik Jenderalium. Pupuk ini telah diucicoba pada pusat riset Jenderalium Research and Botanical Garden di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Karena berupa pupuk organik, maka tanah akan tetap subur, dan berbeda jika dilakukan dengan pupuk kimia,” kata Bugiakso yang juga direktur PT Bumi Maringi Mukti.
Bugiakso mengatakan, jika menggunakan pupuk organik dari sapi, maka dibutuhkan sekitar 3,5 ton pupuk kandang. Untuk mendapat pupuk sebanyak itu harus dibutuhkan setidaknya 20 ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan pupuk per hektarnya. “Dengan menggunakan pupuk Jenderalium akan lebih efisien. selain mengandung mineral-mineral dari pasir vulkanik, Jenderalium juga mengandung microorganisme, hormon dan asam amino yang dibutuhkan tanaman. Kandungannya yang demikian lengkap, membuat Jenderalium mampu mensubtitusi pupuk kimia,” kata Bugiakso.
Sedang teknologi drone akan mempermudah jika diaplikasikan di lahan yang luas dan terbatas tenaga kerjanya seperti di luar Pulau Jawa. Biaya pemupukan per hektar jika menggunakan Jenderalium dan drone sebesar Rp 1,4 juta. Ini akan lebih efisien jika dibandingkan dengan cara manual, pemupukan menggunakan tenaga petani. “Kami telah memulai riset sejak 2008 dan sejak itu Jenderalium telah diaplikasikan di Indonesia antara lain di Pulau Jawa, Kalimantan, Papua, NTT, Sulawesi, dan Sumatera serta di luar negeri yaitu di Kamboja dan New Zealand. Jenderalium juga sudah diaplikasikan pada tanaman padi, jagung, umbi-umbian, hortikultura buah maupun sayur, serta tanaman keras tahunan,” kata cucu mantu Jenderal Besar Soedirman ini.
Brigjen TNI Affifudin mengatakan, pemerintahan Jokowi mentargetkan swasembada beras pada tahun 2016, kemudian pada tahun 2017 ini target pada swasembada padi, jagung dan kedelai atau Pajale. “TNI akan terus mengawal budidaya pertanian yang dilakukan petani untuk mewujudkan swasembada pangan baik komoditas beras, jagung, dan kedelai,” kata Affifudin.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Purbalingga, Sigit Subroto mengatakan, teknologi dan inovasi pertanian mutlak diperlukan guna meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian. Petani akan semakin tertinggal jika tidak mengenal teknologi pertanian yang semakin berkembang. Sama hal dengan teknologi penggunaan drone untuk pertanian ini, diharapkan akan mampu meningkatkan produksi pertanian khususnya padi. “Areal pertanian di Jawa tidak mungkin bertambah, bahkan cenderung berkurang. Oleh karenanya untuk meningkatkan produksi, jalan satu-satunya dibutuhkan aplikasi teknolgi,” kata Sigit.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, Ir Lili Purwati mengatakan, teknologi ini memang bagus diaplikasikan di Purbalingga. Hanya saja, peralatan drone yang dibutuhkan masih terbilang mahal, selain itu perlu juga penguasaan teknologi menerbangkan drone. (yit)