Ratusan pendaki akan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-68 Kemerdekaan RI di Puncak Gunung Slamet (3.428 meter diatas permukaan air laut). Hingga Rabu (14/8) sedikitnya sudah ada 350 pendaki dari berbagai kota di Indonesia memberitahukan untuk naik ke puncak. Puluhan pendaki, bahkan sudah berada di pondok pemuda pos Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga.
Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Dra Titi Setiyawati mengungkapkan, pihaknya dan penjaga pos pendakian di Dukuh Bambangan sudah dihubungi oleh para calon pendaki. Mereka kebanyakan berasal dari luar kota. Mereka menanyakan seputar informasi diperbolehkan atau tidak untuk melakukan pendakian.
”Beberapa waktu lalu pendakian memang sempat ditutup karena cuaca dan kemungkinan musibah kebakaran yang bisa terjadi, namun saat ini, pendakian Gunung Slamet sudah diijinkan kembali,” kata Titi, Kamis (15/8).
Menurut Titi, pos pendakian melalui Dukuh Bambangan dinilai yang paling aman dibanding pos lain di wilayah Gambuhan Pemalang, Baturaden Banyumas atau dari Guci Tegal. ”Pendaki dari Jakarta, Bekasi dan Tanggerang yang sudah menghubungi kami melalui telepon, menyatakan akan melalui pos Bambangan. Mereka akan tiba di Bambangan pada Kamis (15/8) dan mulai melakukan pendakian pada hari Juma’at,” ujar Titi.
Titi mencatat, sudah ada sekitar 350 orang pendaki yang akan merayakan peringatan kemerdekaan RI di puncak Gunung Slamet. Bahkan, beberapa diantaranya ada yang mulai melakukan pendakian pada Kamis (15/8) ini. Jumlah pendaki ini, lebih sedikit dibanding pada libur sebelum lebaran pekan lalu yang mencapai sekitar 700 orang. ”Namun, bisa saja jumlah pendaki pada HUT RI ini bertambah. Biasanya pendaki dari lokal di sejumlah kota di Jateng, datang mendadak tanpa memberitahukan jauh hari,” ujarnya.
Awas Kebakaran
Dengan banyaknya pendaki, Titi mengimbau kepada para pecinta alam dan pendaki untuk berhati-hati selama melakukan pendakian. Jika menyalakan perapian hendakanya dipastikan api sudah mati saat meninggalkannya. Suhu udara saat ini lumayan dingin, pendaki diminta mempersiapkan perlengkapannya. Pendaki juga diminta tidak membuang sampah sembarangan. ”Pastikan api unggun untuk penghangat tubuh dimatikan jika ditinggalkan. Dan jangan buang sampah sembarangan disepanjang jalur pendakian atau di tempat istirahat di sekitar puncak,” pinta Titi.
Krisis Air
Titi menambahkan, kendala yang harus dihadapi para pendaki sebelum melakukan pendakian adalah terbatasnya air bersih untuk keperluan MCK (Mandi Cuci Kakus). Wilayah Dukuh Bambangan, saat ini tengah mengalami kesulitan air bersih. Ketersediaan air bersih di posko Bambangan juga sudah terbatas, bahkan nyaris habis. ”Kami sudah mengalami kesulitan air bersih. Anggaran untuk membeli air bersih juga sudah tidak tersedia. Untuk harga satu tangki sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 225 ribu,” keluh Titi.
Titi menambahkan, ketersediaan air di wilayah desa dibawah kaki Gunung Slamet memang ada, seperti di wilayah Desa Serang atau wilayah Kutabawa bagian bawah. Hanya saja, untuk mengambil air tersebut tetap dibutuhkan biaya angkut dan sewa kendaraan.
Sementara itu petugas Posko Bambangan, Sugeng mengungkapkan, meski kondisi suhu udara sangat dinginseperti saat sekarang ini, namun minat pendakian ke Gunung Slamet lumayan baik. Pasca lebaran, hampir setiap hari ada rombongan kecil pendaki yang menuju puncak Gunung Slamet.
Sugeng menambahkan, jalur pendakian melalui Bambangan merupakan jalur standar. Meski demikian, para pendaki harus tetap menyiapkan kondisi fisik yang prima. Faktor penghambat lain kondisi kabut tebal yang sewaktu-waktu menyelimuti gunung dan rute pendakian. “Hampir di sepanjang rute pendakian juga tidak ditemukan air, oleh karenanya pendaki disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah,” kata Sugeng. (Humas/y)