PURBALINGGA – Baru dibuka stand pada pameran otonomi daerah tahun 2018, produsen bulu mata palsu dan produsen gula kristal di Kabupaten Purbalingga telah melakukan kerjasama kesepakatan bisnis. Nilai kontrak untuk bulu mata sebesar Rp 120 jt, sedangkan untuk gula kristal sebanyak 13 ton perbulan.
Penandatanganan kontrak dilaksanakan di stand pameran Kabupaten Purbalingga, Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai (BSD) Tanggerang yang disaksikan oleh Plt Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi. Kerjasama untuk bulu mata antar CV. Aditya sebagi produsen dan PT.Mandala Swalayan sebagai pembeli. Kemudian untuk gula kristal organik, UD. Saudara sebagai produsen dengan PT. Integral Mulia Cipta sebagai pembeli.
Dengan adanya penandatanganan kerjasama tersebut menurut Tiwi, diharapkan para petani penderes bisa mengambil manfaatnya yakni meningkatkan kesejahteraan para petani penderes. Dimana dengan menjual gula kristal maka akan menambah nilai jual gula yang dihasilkan oleh para petani penderes.
” Dengan nilai kontrak sebesar 13 ton perbulan nanti diharapkan para petani penderes sekitar Desa Kangean Kecamatan Kertanegara, bisa diberdayakan untuk membuat gula kristal yang secara ekonomi lebih baik dibanding gula jawa biasa,” ujarnya, Jum’at (6/7).
Sedangkan campur tangan pemerintah lanjut Tiwi akan memfasilitasi terkait dengan sertifikat organik terhadap produk gula kelapa. Dengan adanya sertifikasi organik diharapkan dapat meningkatkan nilai jual produk gula kelapa Purbalingga.
Sedangkan direktur utama PT. Integral Mulia Cipta, Mario Ngensowijaya mengatakan dengan adanya kerjasama tersebut petani bisa diuntungkan terkait dengan pasar yang belum dikuasai oleh mereka. Pasar gula kristal dari pengamatan Mario, semakin berkembang khususnya untuk pasar ke luar negeri. Sejak tahun 2012 pasar gula kristal Indonesia masih dibawah 80 persen sehingga, menurut Mario merupakan potensi untuk patut dikembangkan.
“Untuk itu kedepan kita membutuhkan banyak petani untuk melakukan produksi gula kristal. Kemudian kita juga akan memperbaiki dan menstandarisasi kualitasnya priduksi yakni terkait pemberian larutan yang tepat, dengan memakai peralatan yang tepat serta sistem produksi yang tepat,” ujarnya.
Mari menambahkan 95 persen hasil produksi diekspor keluar negeri. Ekspor telah dilakukan sejak 3 tahun yang lalu, di 35 negara seperti negar-negara Eropa, Brazil, Amerika, Australia. Ketatnya pasar Eropa sangat baik, dikarenakan gula organik sedang mendunia sehingga harus mengikuti peraturan yang ditetapkan.
” Kita tidak bisa mentelantarkan pelanggan karena mereka semakin hari semakin pandai. Kita juga sedang masuk di pasar star buck terkait dengan pemakaian gula organik,” katanya. (PI-2)