PURBALINGGA- Sejumlah 200 orang anggota Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Banser yang tergabung dalam pasukan pembawa panji-panji dan pataka Kirab Satu Negeri (KSN) Pimpinan Cabang (PC) Ansor Kabupaten Purbalingga diberangkatkan menuju Kab. Banjarnegara oleh Plt. Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE. B.Econ. MM. di halaman Pendopo Dipokusumo Purbalingga, Rabu pagi (10/10).
“Saya menyambut baik acara yang diselenggarakan GP Ansor karena merupakan kegiatan luar biasa yang mampu menguatkan konsensus Nasional yang dikenal dengan empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945,” kata Plt. Bupati Tiwi.
Menurutnya, Purbalingga memperoleh kehormatan dan menjadi kebanggaan karena menjadi salah satu daerah yang dilewati tim pembawa panji-panji dan pataka KSN dan melalui KSN dapat mengingatkan kita semua bagaimana bangsa Indonesia yang majemuk telah berkomitmen tetap berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Kita bersama wajib menjaga utuhnya empat pilar kebangsaan dari rongrongan para pemecah belah kesatuan bangsa
“Kepada tim pembawa panji-panji dan pataka KSN, saya sampaikan selamat jalan, tetap semangat dan semoga tetap diberikan kekuatan dan kemudahan selama melaksanakan perjalanan. Pesan saya kepada para sahabat Ansor, tetaplah menjadi garda terdepan menjaga keutuhan NKRI dan merawat Kebhinekaan bangsa Indonesia,” katanya.
Dari Banjarnegara, panji-panji dan pataka tersebut pada saatnya tepat tanggal 26 Oktober 2018 akan tiba di Yogyakarta bertepatan dengan momentum hari santri Nasional yang diperingati tiap 22 Oktober. Sebelumnya, panji-panji dan pataka KSN telah diinapkan semalam di Pendopo Dipokusumo sebelum diberangkatkan. KSN GP Ansor bertolak dari lima titik terluar Republik Indonesia yaitu dari Sabang, Merauke, Pulau Miangas, Pulau Rote dan juga Nunukan.
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor Ulil Archam (Gus Ulil), kirab satu negeri GP Ansor mengingatkan dan mengajak ke seluruh elemen yang ada di Indonesia, bahwa Indonesia adalah satu kesatuan yang terdiri dari berbagai macam suku, etnis, dan juga agama namun terbingkai dalam satu kesatuan Negara Indonesia.
“Apapun yang terjadi, perbedaan ini adalah rahmat dan menjadi pemersatu bangsa, dan menjadi kewajiban generasi muda untuk selalu menjaganya,” kata Gus Ulil. (t/ humas)