PURBALINGGA, – Sepulang kegiatan Pelatihan untuk Pelatih (ToT) di Yogyakarta akhir pekan lalu, 15 fasilitator Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, Opportunities for Reaching Indonesia’s Teacher, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS) Kabupaten Purbalingga siap mensosialisasikan dan melatih para guru untuk menerapkan Kurikulum 2013. Batas akhir sosialisasi ditargetkan Juni-Juli 2014 saat liburan sekolah, sehingga Kurikulum 2013 ini dapat diterapkan mulai tahun ajaran baru 2014/2015.
“Hampir semua guru belum memahami seperti apa kurikulum 2013 padahal tahun 2014 ini semua sekolah harus sudah menerapkan. Sepulang dari Pelatihan di Yogyakarta, kami belum bertemu lagi sehingga ketika ditanya kapan sosialisasi, ya paling akhir sebelum tahun ajaran baru berlangsung,” jelas salah satu Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS yang juga guru salah satu SD di Kecamatan Rembang, Ani Fadilah, Selasa (6/5).
Terpisah, Humas USAID PRIORITAS Jawa Tengah Anang Ainur Roziqin mengatakan selain dari Purbalingga, ToT ini juga diikuti puluhan fasilitator daerah dari lima kabupaten lain yang juga Mitra USAID PRIORITAS. Kelima kabupaten itu antara lain Semarang, Banjarnegara, Batang, Sragen, dan Karanganyar. Mereka dilatih untuk memperkuat kemampuan dalam implementasi Kurikulum 2013, mencakup bagaimana mengembangkan kompetinsi inti, mendesain pembelajaran tematik, menerapkan pendekatan saintifik, dan melakukan penilaian autentik.
“Pelatihan ini merupakan lanjutan dari pelatihan dalam modul 1 yang disampaikan pada tahun 2013. Selama pelatihan peserta diajak untuk mengupas tuntas dan praktik tentang kurikulum 2013. Kupas tuntas ini diberikan sebagai dasar sebelum melatih sekolah-sekolah mitra di kabupaten mereka yang menjadi dampingan USAID PRIORITAS,”imbuhnya.
Pokok utama pelatihan tetap pada pengembangan Pembejaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), namun dalam modul 2 fasilitator ditambah bekal kamampuan tentang kurikulum 2013. Menurutnya, PAKEM tetap menjadi bagian utama yang dilatihkan kepada fasilitator yang kemudian dilatihkan lagi kepada sekolah mitra.
“Namun karena mulai tahun ajaran 2014 kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013, maka fasilitator dan sekolah mitra harus diperkuat juga tentang bagaimana implementasi kurikulum 2013 dengan baik,” paparnya.
Perbedaan Individu dan Budaya Baca
Dalam Implementasi Kurikulum 2013, Anang melajutkan, USAID PRIORITAS juga menambahkan materi tentang bagaimana Perbedaan Individu dan Gender di kelola dalam kelas. Yang ditegaskan dalam perbedaan individu adalah bagaimana seorang individu di dalam kelas mendapat layanan seimbang di kelas.
“Guru harus mampu menangani siswa yang heterogen, semisal siswa yang lambat belajar sekaligus menangani sejumlah murid lain yang berkemampuan cepat, sedang atau perbedaan lain. Dalam menyikapi perbedaan individu tersebut guru harus mampu menyeimbangkan perlakuan terhadap siswa sesuai dengan gender. Hal tersebut dilakukan supaya semua siswa memperoleh pelayanan yang sama dan maksimal dalam pendidikan,” terangnya.
Anang juga menyebutkan bahwa kemampuan membaca dan menulis permulaan dinilai masih sangat lemah. Sebab, pembelajaran umumnya tidak menumbuhkan kegiatan yang sering menulis dan membaca, sebaliknya banyak pada tingkatan mendengar, membaca lancar dan bukan membaca pemahaman. Oleh karena itu, USAID PRIORITAS menganggap penting untuk dikembangkan sekolah.
“Program budaya baca harus ada penanggungjawabnya di sekolah dan masuk dalam rencana kerja sekolah,” tegasnya. (Estining Pamungkas)