PURBALINGGA – Bandara Wirasaba atau Bandara Jenderal Besar Soedirman Kabupaten Purbalingga rencanannya akan didisain perpaduan antara modern dengan tradisional. Hal itu ditentukan oleh Plt Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM saat rapat Basic Design bersama PT Angkasa Pura II dan Penta Architecture selaku rekanan yang akan mengarsiteki bandara ini, Jumat (18/1/2019) di ruang Rapat Bupati.
Kedatangan PT Angkasa Pura II bersama tim arsitek dari Penta menawarkan kepada Pemkab Purbalingga selaku tuan rumah pembangunan bandara untuk memutuskan tema asrsitektur bandara. Selain itu juga Pemkab Purbalingga yang juga dihadiri para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Itu diminta untuk memberikan masukan muatan-muatan lokal atau local content yang akan diaplikasikan di bandara nantinya.
“Prinsip kami ingin perpaduan tradisional modern. Kita perlu moderen untuk mengikuti perkembangan zaman. Moderen biasanya banyak terdapat kaca, diominasi warna putih yang lebih ecofriendly tetap agar tidak ketinggalan zaman. Namun kami juga perlu kearifan lokal Jawa Tengah sebagai unsur budaya yang kental dan harus ditunjukan,” katanya.
Plt Bupati Tiwi juga mengingatkan bahwa Bandara JB Soedirman, selain akan dimanfaatkan oleh masyarakat Purbalingga juga tentunya akan dinikmati kabupaten/kota lain di sekitarnya, khususnya Jateng bagian barat dan selatan. Oleh karena itu, ia juga meminta arsitek lokal yang ada di bandara juga bisa terdapat unsur mengambil kabupaten tetangga.
“Karena bandara ini nantinya juga akan dinikmati dan dimakmurkan bersama. Maka bagaimana caranya agar kabupaten-kabupaten tetangga turut merasa memiliki bandara ini. Secara umum sebenarnya kami memiliki persamaan, yakni sama-sama dilewati Sungai Serayu dan Gunung Slamet,” katanya.
Plt Bupati Tiwi juga memberikan masukan, bahwa bandara ini diprediksikan tidak hanya sebagai akses transportasi. Kultur masyarakat Purbalingga mudah kagum dengan infrastruktur yang baru, diperkirakan akan menjadi tempat yang dikunjungi orang untuk sekedar menyaksikan pesawat yang take off maupun landing menjadi tontonan yang menarik.
“Apa lagi yang namanya bandara adalah hal yang luar biasa, sehingga bagi masyarakat pasti akan menjadikan tontonan atau semacam ‘destinasi wisata’. Sehingga saya memberi masukan agar bandara ini nantinya disediakan bagian khusus untuk masyarakat yang ingin datang ke bandara meskipun tidak ingin naik ke pesawat,” katanya.
Aspek lain, Plt Bupati Tiwi juga menginginkan ada toko-toko khusus UMKM. Butuh space khusus untuk menjajakan dan mengenalkan produk lokal tradisional. Sehingga bandara ini nantinya tidak sekedar icon tapi juga kebanggan bersama.
Setelah rapat ini, pihak PT AP II dan Tim Arsitek Penta bersama jajaran dinas teknis Pemkab Purbalingga melakukan survey ke berbagai tempat-tempat di Purbalingga. Khususnya untuk menggali identitas, tema khusus, muatan lokal, budaya, tradisionalitas, ornamen dan sebagainya untuk diestrak ke dalam arsitektur bandara.
Secara umum Basic Design Bandara JB Soedirman akan menampung kapasitas 300.000 penumpang per tahun. Pihak Penta telah merancang tata letak yang sesuai untuk kenyamanan kapasitas tersebut. (Gn/Humas)