Pengusaha asal Jepang mulai menjajaki kerjasama dengan Purbalingga. Kerjasama ini bertujuan untuk membantu permaslahan yang ada di Purbalingga terutama jumlah penangguran yang dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Ketua persahabatan pengusaha Jepang di Indonesia, Mister Takachi mengatakan penjajakan kerjasama ini merupakan keprihatinan para pengusaha asal Jepang terhadap tenaga kerja Indonesia setelah pulang dari Jepang ternyata tidak berpengaruh secara signifikan di lingkungannya.
“Para TKI hanya bekerja membawa pulang uang tapi harus lebih dari itu, karena uang cepat habis. Pekerja harus mempraktekan keahlian yang diperoleh dari Jepang ke Indonesia,” ujar Takachi pada saat paparan di Gedung Adhi Guna, Senin (11/8)
Transfer ilmu dan teknologi inilah yang diperlukan oleh Purbalingga agar bisa maju seperti di Jepang. Kunjungan ini merupakan awal bagi kerjasama lebih lanjut antara pemerintah daerah Purbalingga dengan pemerintah Prefektur Kagawa.
Menurut Sugimoto, pengusaha asal Jepang yang bergerak dibidang perkayuan potensi di Purbalingga sangat menjanjikan terutama masyarakatnya sangat trampil dan keinginan belajarnya sangat tinggi tinggal mendatangkan guru yang baik.
“Untuk mendukung kegiatan ini, saya juga mendatangkan seorang dosen dari Universitas Takamatsu, karena kemampuan bahas jepang sebagian pekerja dari Indonesai masih kurang,” kata Sugimoto, seorang pengusaha yang konsen terhadap perkembangan Purbalingga.
Sugimoto yang pernah bekerja di perusahaan Samsung mengatakan kemajuan pesat Samsung bukan berawal dari titik nol, tapi ada bagian-bagian yang ditanamkan dari Jepang terutama adalah sumber daya manusianya.
“Kerjasamanya mahasiswa Indonesia bisa belajar di Jepang dengan kerja paruh waktu, dan ini kita tawarkan di Purbalingga,” ujar Sugimoto
Selain penjajagan di bidang tenaga kerja Sugimoto juga menawarkan kerjasama di bidang pertanian khususnya stroberi, karena stroberi yang dihasilkan oleh petani di Purbalingga belum layak ekspor.
Dosen Universitas Takamstu, Mariyama mengatakan penanaman strobery di Jepang tidak langsung menggunakan media tanah tapi menggunakan media serabut kelapa. Ada 320 jenis stroberi di Jepang yang jenisnya disesuaikan dengan iklim yang ada.
“ Pengembangan stroberi di Purbalingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut,” ujar Mariyama mantan direktur sebuah perusahaan di Jepang yang telah pensiun dan mengabdikan dirinya menjadi dosen.
Karena keterbatasan waktu dan jarak, Mariyama mengatakan perlu terobosan dalam transfer teknologi yaitu dengan teleconference. Sehingga bisa mendengar permasalahan yang ada dilapangan.
Sedangkan Bupati Purbalingga, Sukento Rido Marhaendrianto mengatakan penjajagan kerjasama ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi perkembangan perekonomian di Purbalingga, terutama didalam penyerapan tenaga kerja dari Purbalingga ke Jepang.
“Apresiasi dan penghargaan dari pengusaha Jepang yang cukup besar kepada Purbalingga merupakan perbuatan yang sangat mulia dan semoga ini. Persahabatan yang kita jalin akan membuat kebaikan bagi kita semua,” ujar Sukento
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop), Agus Winarno mengatakan kerjasama yang mungkin dijalin pada saat ini dengan pengusaha Jepang antaralain bidang Industri dan tenaga kerja, pengembangan tanaman stoberi, dan sayur mayur, perikanan gurami, pengemukan sapi,serta kerajinan knalpot.
“Permaslahan ketenagakerjaan di Purbalingga pada saat ini adalah jumlah tenaga kerja perempuan lebih besar dari tenaga kerja pria. Kamu pria banyak menjadi penganggura,”ujar Agus. Agus mengharapkan kerjasama yang akan dibangun ini akan mengurangi pengangguran terutama untuk tenaga kerja pria.
Setelah pemamaran kegiatan dilanjutkan dengan surve lapangan oleh pengusaha Jepang selama dua hari. Kegiatan survey didampingi oleh Kepala Dinperindagkop, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan, Kepala KPMPT dan Kepala Badan Penyuluhaan Pertanian dan Ketahanan Pangan. Surey pertama masalah pertanian dan hari keduanya terkait dengan perikanan, penggemukan sapid an kerajinan knalpot. (Sapto Suhardiyo)