PURBALINGGA – Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan juga Angka Kematian Balita memiliki pengaruh besar dalam menentukan Angka Harapan Hidup suatu kabupaten. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga, drg Hanung Wikantono MPPM saat mewakili Bupati pada acara Silahturahmi Halal Bihalal Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Purbalingga, Jumat (28/6) di Pendopo Dipokusumo.
Hanung menjelaskan ukuran untuk melaksanakan pembangunan di seluruh dunia adalah menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dimana salah satunya pengukuran di bidang kesehatan. “Terutama adalah Angka usia Harapan Hidup. Saat ini di Purbalingga masih 72,91 tahun masih di bawah Jateng 73 tahun dan DIY 76 tahun,” lanjutnya.
Sementara itu, Hanung menjelaskan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) faktor terbesar untuk menentukan ANgka Harapan Hidup adalah AKI/AKB dan Angka Kematian Balita. Sektor tersebut banyak dipengaruhi oleh peran para bidan, dokter spesialis anak ataupun Obstetri dan Ginekologi.
“Setelah itu faktor itu, ANgka Harapan Hidup selanjutnya dipengaruhi oleh penyakit-penyakit yang sering kita temui saat ini. Akan tetapi beban kita tidak hanya dobel tapi juga tripel, yakni penyakit menular, penyakit tidak menular, penyakit-penyakit baru yang tidak ada sekarang muncul, ataupun penyakit yang dulu ada menghilang dan sekarang ada lagi ini beban kita tambah berat,” katanya.
Ia mengajak agar para rekan bidan di Purbalingga, bahu membahu mengatasi permasalahan kesehatan. Tidak hanya permasalahan sederhana tapi kompleks, baik itu sifatnya kemasyarakatan, pemberdayaan, perubahan perilaku serta tentunya adalah peningkatan kesehatan lingkungan.
“Ibu Bupati berpesan, agar kita tidak hanya fokus kesehatan tapi juga aware masalah lain yang mendukung pekerjaan kita, missal pembiayaan kesehatannya, bagaimana mengelola keuangannya supaya aman dan tertib, bagaimana kita mempertanggngjawabkan segala sesuatu kegiatan,” katanya.
Ia juga mengajak agar elemen tenaga kesehatan juga ikut serta dalam pengentasan masalah kesehatan yang ada di Purbalingga. Misalnya stunting, dimana Purbalingga masih termasuk 1 diantara 11 kabupaten/kota di Jateng, atau 1 diantara 100 kabupaten/kota di Indonesia masih menjadi bagianpermasalahan stunting.
“Sehingga ibu-ibu nanti juga tidak hanya berkecimpung Obstetri dan Ginekologi tapi juga maslah gizi stunting diharapkan juga pencapaian ODF (Open Defecation Free) dimana kita masih bermasalah dalam hal perilaku dan kepedulian lingkungan masih beban, kita masih 116 desa yang ODF dari 224 desa di Purbalingga,” tuturnya.
Acara Silaturahmi ini juga dilanjutkan seminar yang diisi oleh dr Ardian Budi Kusuma SpA yang mengambil topik : Pencegahan dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi. Selain itu juga diisi tausiah oleh Ust Abdullah Zaen Lc MA. (Gn/Humas)