PURBALINGGA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam periode sepekan ke depan terdapat potensi cuaca ekstrem dan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang dibeberapa wilayah Indonesia termasuk di Kabupaten Purbalingga.
Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga mengerahkan seluruh stakeholder kebencanaan melaksanakan Apel Siaga Penanggulangan Bencana. Tujuanya untuk memantapkan dan mensiagakan personil serta peralatan yang ada dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana, dimana puncak musim hujan wilayah kabupaten purbalingga diprakirakan pada bulan Januari dan bulan Februari mendatang.
“Beberapa kejadian bencana seperti tanah longsor dan angin ribut sudah terjadi sejak Desember dan Januari ini. Tentunya hal ini perlu kita antisipasi agar seluruh jajaran meningkatkan komitmen terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana dan penangananya pasca bencana,” ujar Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE, BEcon, MM usai Apel Siaga Penanggulangan Bencana di Halaman Pendapa Dipokusumo, Rabu (8/1).
Bupati Tiwi memastikan Pemkab Purbalingga telah siap menghadapi berbagai kemungkinan terjadinya bencana bersinergi dengan seluruh komponen, Forkopimda, TNI/Polri dan seluruh organisasi kemasyarakatan. “Kita sudah menyiapkan sumber daya personil, peralatan dan anggaran untuk menghadapi itu (bencana-red). Tapi tentu kita berharap Purbalingga akan terhindar dari bencana. Kalaupun ada kita sudah siap,” katanya.
Dikatakan Tiwi, di wilayahnya terdapat sejumlah daerah rawan bencana yang perlu mendapatkan perhatian yang serius. Terutama wilayah yang rawan tanah longsor antara lain Kecamatan Karangreja, Karangjambu, Bobotsari, Karanganyar, Kertanegara, Karangmoncol, Rembang, serta sebagian wilayah Kecamatan Kaligondang, Mrebet dan Kutasari.
Sedangkan wilayah yang rawan banjir diantaranya Kecamatan Kemangkon, Kaligondang, sebagian wilayah Karanganyar dan Karangmoncol serta hampir semua wilayah berpotensi terjadi bencana angin ribut/putingbeliung.
“Saya meminta seluruh masyarakat melakukan langkah antisipasi seperti tidak membuang sampah di sungai, melakukan pembersihan saluran air, serta tetap siaga terhadap kemungkinan terjadinya bencana,” katanya.
Bupati Tiwi juga meminta para Kepala Desa dan Lurah membentuk satgas penanggulangan bencana disetiap kelurahan/desa dan melakukan piket 24 jam. Selain itu, melalui dana desa mengalokasikan belanja pengadaan peralatan penanggulangan bencana, dan segera melakukan evakuasi dan melaporkan kejadian bencana sesuai standarisasi data kebencanaan secara berjenjang.
“Kepada para Camat saya minta selalu stand by di rumah dinas camat agar dapat meningkatkan intensitas pemantauan wilayah. Paling tidak dalam kurun waktu Januari – Februari ini,” pintanya.
Selain itu, para camat juga diminta mengkoordinasikan satgas kelurahan/desa untuk membantu penanganan darurat bencana antar desa serta berkoordinasi dengan pos komando tanggap darurat tingkat kabupaten.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga Umar Fauzi mengatakan dalam kurun waktu tahun 2019 lalu, di kabupaten Purbalingga terdapat kejadian bencana sebanyak 108 kali. Terdiri dari bencana angin ribut sebanyak 24 kali, kebakaran 52 kali, banjir 4 kali, dan tanah longsor sebanyak 28 kali.
“Pada awal 2020 ini sudah ada 2 kejadian angin ribut di Kecamatan Kalimanah dan Kemangkon. Kemudian banjir di Wanogara Kulon serta tanah longsor di Desa Ponjen dan Tajug,” jelasnya.
Secara khusus, Umar Fauzi mengajak seluruh komponen masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan dan penyadaran dalam rangka membangunkan kewaspadaan sekaligus melakukan penanganan secara cepat ketika terjadi bencana di desanya. “Jadi semestinya masyarakat yang pertama kali menangani sesuai kemampuannya dengan bergotong royong misalnya. Baru setelah itu dalam skala yang lebih besar kita akan dukung. Tetapi kami akan terus memantau kejadian-kejadian yang ada diseluruh wilayah,” jelasnya. (Hr/humaspurbalingga)