PURBALINGGA – Tanpa adanya kesehatan, setiap umat manusia akan kesulitan untuk beraktifitas, bekerja, berkreasi untuk membangun menciptakan Negara yang unggul. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, drg Hanung Wikantono MPPM pada acara Penyuluhan Napza, HIV dan Bahaya Merkokok bersama Bupati Purbalingga yang diselenggarakan oleh UPT Puskesmas Purbalingga, Jumat (15/11) di Pendopo Dipokusumo.
“Kesehatan ini adalah utama, apapun dimulai dari kesehatan. Bapak-ibu tidak bisa berkegiatan, kerja, sekolah, bahkan kegiatan pribadi : masak, makan. Kalau tidak sehat maka akan repot,” ungkapnya.
Saat ini DInas Kesehatan memiliki tiga tugas yang diamanatkan pemerintah pusat. Pertama, memastikan bahwa layanan publik aksesnya bisa terjangkau dan berkualitas, tercatat semua puskesmas di Purbalingga sudah terakreditasi, bahkan ada yang reakreditasi dan paripurna. Kedua, melindungi masyarakat terhadap gangguan kesehatan sehingga tidak sakit, catat atau mati sebelum waktunya, melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“Ketiga memastikan indikator-indikator kesehatan kita semua baik, AKI/AKB, Prevalensi Gisi buruk, Stunting, angka kematian dari penyakit menular dan tidak menular harus kita tekan. Makannya kami memberanikan diri untuk melakukan penyuluhan ini,” katanya.
Berbagai penyakit menular seperti TBC, DBD, Kusta dan sebagainya sampai saat ini di Purbalingga masih ada. Namun saat ini Purbalingga sudah berhasil mengelemininasi malaria, dengan tidak adanya kasus malaria selama tiga tahun berturut-turut. Penyakit tidak menular, banyak berkaitan dengan akibat gaya hidup.
“Tugas tambahan Dinas Kesehatan juga menangani penyakit-penyakit jenis baru seperti HIV/AIDS dan pecandu narkoba,” katanya.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM mengatakan penyuluhan ini merupakan hal yang penting. Karena kasus narkoba, HIV/AIDS dan rokok sangat dominan menyerang generasi muda. “Saat ini mayoritas penderita HIV/AIDS, pecandu narkoba dan rokok adalah generasi muda. Sehingga ini menyangkut masa depan bangsa. Padahal maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi kualitas generasi mudanya,” ungkapnya apda acara yang dihadiri oleh tokoh agama, masyarakat dan kader kesehatan se-Kecamatan Purbalingga.
Memasuki era Revolusi Industri 4.0 pengaruh asing akan mudah masuk. Memancing pergaulan bebas, yang berakibat hamil di luar nikah, bahkan tertular virus HIV. Padahal sampai saat ini HIV belum ditemukan obatnya, termasuk juga narkoba.
“Berdasarkan data dari KPAD (Komisi Penanggulangan Aids Daerah) di Purbalingga tahun 2019 ini ada 62 kasus, kalau sejak 2010 ada 437 kasus HIV/Aids, sebagian sudah meninggal. Saat ini asaya masih melihat kecenderungan masyarakat masih adanya diskriminasi penderita HIV/Aids. Ini perlu diluruskan,” katanya.
Narkoba juga menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia. Di Purbalingga saat ini ada 30 orang yang direhabilitasi akibat kecanduan narkoba. Oleh kArenanya Pemkab Purbalingga bekerjasama dengan BNNK Purbalingga sering melakukan penyuluhan P4Gn, guna mengedukasi agar masyarakat tidak sekali-kali mencobanya.
“WHO menginformasikan setiap tahun di dunia ada 7 juta kematian akibat asap rokok. Hampir 890 ribu adalah perokok pasif. Bahaya dari rokok tidak hanya bagi perokok akan tetapi juga bagi penghisap asap rokok di sekitarnya,” katanya.(Gn/Humas)