PURBALINGGA – Usai menjadi Juara I Lomba Pekarangan Pangan Lestari tingkat nasional, Kelompok Wanita Tani (KWT) Karya Tani dusun Katel Klawu Desa Pengalusan Kecamatan Mrebet kini memiliki kawasan Agroeduwisata.
Pembangunan Agroeduwisata itu merupakan fasilitasi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI dengan anggaran dana mencapai Rp 199,5 juta ditambah uang hadiah juara 1 nasional Lomba P2L sebesar Rp 50 juta.
“Hari ini (27/1) kami serahkan hasil pembangunan kawasan agroeduwisata Katel Klawu kepada Bupati Purbalingga (Tiwi-red). Setelah ini pengelolaan Agroeduwisata Katel Klawu menjadi tanggungjawab sepenuhnya pemkab Purbalingga dan KWT Karya Tani,” ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng di Purbalingga, Rabu (27/1).
Hasil fasilitasi yang diserahkan, lanjut Agung Hendriadi diantaranya Sahung tempat diklat berukuran 6 x 8 meter, Demplot sayuran 2.500 meter, sarana prasarana pembelajaran, sarana pemasaran berupa freezer, penataan halaman lingkungan, green house ukuran 6 x 8 meter dan pemberian bibit tanaman dan mulsa.
“Atas prestasi itu, kita bantu menjadi Agroeduwisata. Tempat ini harus bisa menjadi tempat edukasi, kemudian tempat wisata dan tidak boleh mengandalkan APBD atau APBN. Jadi Agroeduwisata ini harus bisa mandiri,” katanya.
Agung Hendriadi sendiri melihat lokasi KWT Karya Tani di Desa Pengalusan potensinya sangat menjanjikan untuk berkembang karena menyatu dengan kawasan wisata D’Las Serang. “Disini menjadi perlintasan wisata ke Serang. Kalau orang mau keatas (Serang-red) kemudian turun mampir ke Agroeduwisata untuk membeli oleh-oleh. Ini yang akan terus kita dorong,” jelasnya.
Pihaknya juga mendorong dikembangkannya program petani milenial di kabupaten Purbalingga yang sudah mulai mendorong bertumbuhnya petani-petani milenial. “Di Kementerian Pertanian punya program 2,5 juta petani milenial. Nah kebetulan Bupati sudah punya petani-petani milenial, akan kita bantu ini. Kita bantu permodalan sampai bisa mandiri,” tambahnya.
Sementara itu, Bupati Dyah Hayuning Pratiwi mengaku sangat terbantu oleh program-program Kementerian Pertanian yang diturunkan ke Purbalingga. Terakhir, di tahun 2020 KWT Karya Tani mendapat apresiasi yang luar biasa dari Kementerian menjadi juara 1 Lomba Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan terwujudlah kawasan Agroeduwisata Katel Klawu ini.
“Bantuan-bantuan dari pemerintah harus dimanfaatkan dengan baik, agar KWT Karya Tani bisa menjadi contoh bagi KWT – KWT lainnya dan berkontribusi dalam peningkatan ketahanan pangan daerah maupun nasional,” katanya.
Sementara itu, Ketua KWT Karya Tani Desa Pengalusan, Murwati mengucap syukur atas raihan yang didapat. Dirinya berterima kasih kepada para anggota KWT yang berjumlah 30 orang sehingga hasil pertanian dari pekarangan itu bisa membawa nama harus Purbalingga di tingkat nasional.
Dengan terbangunnya kawasan Agroeduwisata ini, lanjut Murwati semakin melengkapi potensi yang akan terus dikembangkan kelompoknya. “Potensi yang sudah kita kembangkan selain sayuran sehat adalah produksi sambal kucai, peyem atau lebih dikenal dengan branding Taplus atau Tape Pengalusan. Setelah adanya Agroeduwisata pihaknya juga akan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan edu wisatanya,” katanya.
Terkait pemasaran, dirinya menyebut untuk produk olahan sambal kucai selain pemasaran lokal juga telah merambah luar Purbalingga seperti Medan dan Banyuwangi. Sejak Juni 2021 hingga saat ini, produk sambal kucai yang dipasarkan telah mencapai 3.800 kemasan botol. Selain itu untuk produk Tape Pengalusan juga sudah berproduksi mencapai 5 kwintal yang dipasarkan didalam dan luar kabupaten Purbalingga.
“Produksi kedua produk itu tidak terkendala. Hanya saja untuk produk sayuran kami terkendala cuaca. Karena saat ini curah hujannya tinggi sehingga kualitas sayurannya tidak begitu bagus,” jelasnya.
Saat ini, KWT karya Tani memiliki lahan produksi demplot seluas 2.250 meter. Selain itu, KWT Karya Tani juga didukung produksi sayuran utamanya kucai dari pekarangan anggota dan warga di dusun katel Klawu. (Hr/HumasPurbalingga)