PURBALINGGA, Indikasi banyaknya masyaraktat khususnya kalangan ekonomi lemah terlanjur mnggandrungi jasa “bank kloyong” dalam memenuhi permodalan usahanya, menjadi keprihatinan Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto.
Menurut Bupati Sukento, selama ini, pengusaha mikro dan indrustri rumahan merasa “pekewuh” dalam mengakses dunia perbankan, karena sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Sementara kalau menggunakan jasa “bank kloyong” sangat instan, tidak perlu menghadap, hanya bersemuka di lorong pasar bias langsung cair seketika itu. Sayangnya, jasa mereka hanya menguntungkan pemilik “bank kloyong” tapi cenderung merugikan karena bunganya sangat menjerat bagi nasabahnya.
“Ini menjadi tantangan bagi BPR dan BPRS agar bisa bersaing dengan “bank kloyong” untuk melindungi usaha mikro kita,” ungkap Sukento saat menghadiri kegiatan Gerakan Ayo ke BPR/BPRS dan Sosialisasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di lapangan parkir Stadion Goentoer Darjono Purbalingga, Minggu (25/5). Sebelumnya, Bupati Sukento juga melepas sepeda santai yang diikuti 22 BPR/BPRS se eks Karesidenan Banyumas.
Dikatakan Sukento, dewasa ini perbankan lain sudah lama menggeluti bidang mikro. Dia meminta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah ( BPRS) agar tidak terlena dengan bisnisnya tanpa merambah bidang mikro. BPR harus proaktif mengajak UMKM untuk memanfaatkan produk BPR.
“Usaha BPR mesti win-win. Kalau labanya besar, mungkin suku bunganya tinggai. Suku bunga yang tinggi pasti akan memberatkan nasabahnya,” tandasnya.
Kembangkan UMKM
Bupati menuturkan, produksi UMKM di Indonesia dipredisksi mencapai Rp 7000 trilyun. Kalau dirata-rata tiap kabupaten/kota bias mencapai 10 – 14 trilyun. Jumlah itu merupakan hasil yang sangat luar biasa jika dapat direalisasikan oleh potensi UMKM di Purbalingga.
Oleh Karena itu, Bupati bersama Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) Purbalingga, menggalakan usaha mikro melalui berbagai kegiatan. Salah satunya Gelar Produk Minggu Pagi (GPMP) yang rutin diselenggarakan setiap Minggu pagi di Goneter Darjono.
“Saya berterima kasih, suguhan yang disajikan adalah produk teman-teman usaha mikro. Khusus kepada BPR BKK Purbalingga saya juga berterimakasih telah menfasilitasi meja kecil bagi kegiatan GPMP. Mudah-mudahan bisa makin menjadi daya tarik,” katanya.
Dibagian lain, Kepala OJK Purwokerto, Farid Faletehan meminta BPR/BPRS terus melakukan edukasi kepada masyarakat melalui produk-produk yang dimiliki. Termasuk dalam usaha memangkas eksistensi “bank kloyong”.
“Kredit tanpa agunan sebenarnya boleh dilaksanakan, asalkan bank bersangkutan yakin akan kemampuan nasabah untuk mengembalikan kredit. Disinilah tugas analisis kredit untuk memahami karateristik dari calon nasabahnya. Tapi tentu harus tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian,” tandasnya.
Ditambahkan Farid, sejumlah BPR dan BPRS telah memiliki produk kredit kecil dibawah Rp 5 juta dengan persyaratan lebih ringan. (Hardiyanto)