PURBALINGGA – Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengapresiasi kinerja dan capaian yang telah dilakukan jajaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) selama lima tahun terakhir. Hal itu disampaikan Bupati Tiwi saat Apel Kerja di kantor itu, Senin (29/3).
Diungkapkan Bupati, Dinperindag Purbalingga setidaknya telah melakukan revitalisasi terhadap 13 pasar rakyat. Pada periode lalu, juga berhasil mewujudkan pembangunan sentra industri Logam (LIK Logam) dan sentra industri batok kelapa di Kelurahan Purbalingga Wetan. Dinperindag Purbalingga juga dinilai mampu mendorong komoditas lokal gula kelapa melakukan ekspor ke manca negara. Kedepan, katanya, harus lebih banyak komoditas lokal lainnya menjadi komoditas dengan kualitas ekspor.
“Banyak kerja telah dilakukan baik di sektor perdagangan maupun industri, termasuk tugas besar relokasi pedagang PKL ke Purbalingga Food Center (PFC-red) dengan tertib dan kondusif. Kita harus terus tingkatkan kinerja itu dengan inovasi-inovasi baru,” katanya.
Tahun 2020, lanjut Bupati Tiwi, karena pandemi covid-19 banyak target yang capaianya belum maksimal. Tetapi ini tidak hanya terjadi di Purbalingga. Pertumbuhan ekonomi kabupaten Purbalingga terakhir di 2019 adalah 5,65 persen dan di tahun 2020 menjadi minus 1,23 persen. Akan tetapi kondisi ini masih lebih baik dibandingkan nasional ( -3,43% ) dan Jawa Tengah ( -3,93% ).
“Kondisi ini mengharuskan program-program pemulihan ekonomi yang sudah dijalankan khususnya oleh Dinperindag untuk terus dilanjutkan,” katanya.
Program itu, lanjut Bupati seperti revitalisasi pasar dimana tahun ini Purbalingga mendapatkan alokasi bantuan revitalisasi Pasar Bukateja dan tahun 2022 giliran revitalisasi Pasar Badog. “Saya ingin program revitalisasi pasar tidak hanya untuk pasar milik pemda tetapi merambah pada pasar-pasar milik desa,” pintanya.
Program lainnya melanjutkan pembangunan setra-sentra industri selain logam dan batok seperti sentra industri gula kelapa, sapu glagah, atau sentra industri kain antihan, sentra industry jamu gendong dan lainya. “Dinperindag mesti menjalin komunikasi dengan desa agar potensi-potensi yang ada di desa mampu kita bantu untuk menggerakan ekonomi masyarakat setempat,” katanya.
Bupati Tiwi juga menyebut, keberlanjutan pembangunan Purbalingga Food Center (PFC) dengan alokasi anggaran Rp 2,6 miliar mampu dimanfaatkan dengan maksimal. Pembangunan yang akan dilakukan secara bertahap diharapkan semakin dirasakan manfaatnya oleh para PKL (Pedagang Kaki lima) sebagai penggerak pemulihan ekonomi masyarakat. “Saya ingin pembangunan PFC tidak perlu dibuat megah tapi anggaran itu bisa digunakan seluas-luasnya untuk menjawab kebutuhan PKL yang selama ini belum tertangani,” tegasnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinperindag Johan Arifin menyampaikan inovasi rencana kerja jajaran yang Ia pimpin seperti segera diberlakukannya elektronifikasi layanan pasar. Program itu akan mulai diberlakukan di Pasar Bukateja dengan memberlakukan e-Retribusi, kemudian di Pasar Segamas berupa pemberlakuan e-Parkir. Sedangkan di Pasar Bobotsari sedang dirintis pemanfaatan lantai 2 sebagai pusat perdagangan HP Second.
Pihaknya, tahun ini juga mentargetkan Pasar Bukateja sebagai Pasar Tertib Ukur. Hal ini dilakukan agar pada 2023, Purbalingga masuk sebagai daerah tertib ukur dengan syarat minimal ada tiga pasar tertib ukur.
Usai Apel Pagi, Bupati Tiwi menyerahkan bantuan kendaraan bermotor roda tiga untuk pengangkut sampah untuk UPTD Pasar wilayah I, II dan III. Masing-masing diserahkan kepada ketua paguyuban pasar Segamas, Bobotsari dan Bukateja. (Hr/humasprotokol)