PURBALINGGA – Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mendukung setiap pondok pesantren di Kabupaten Purbalingga bisa jadi benteng degradasi moral pemuda. Hal ini diungkapkan Bupati Tiwi dalam Silaturahmi Pengasuh Pondok Pesantren Se-Kabupaten Purbalingga, Rabu (22/01/2025) di Ponpes Nurul Barokah, Beji, Bojongsari.

“Pondok-pondok pesantren yang ada di Purbalingga ini bisa menjadi benteng degradasi moral. Karena yang mampu membentengi dari hal hal negatif adalah ilmu agama. Di sinilah peran penting para alim ulama, pimpinan pondok pesantren untuk mengedukasi,” kata Bupati Tiwi.

Bupati meyakini ilmu agama akan lebih menyadarkan generasi muda tentang mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya guna mencegah hal hal yang mengarah degradasi moral seperti : konsumsi miras, narkoba, seks bebas, judi dan radikalisme.

Ia juga mengingatkan akan pengaruh perkembangan teknologi informasi saat ini terhadap generasi muda. Karena satu sisi memberi efek positif, satu sisi ada dampak negatif.

Masalah degradasi moral generasi muda diakui sebagai ‘PR’ pemerintah. Akan tetapi untuk mengatasinya tidak bisa sendirian. “Butuh peran serta TNI Polri, tokoh agama dan pimpinan pondok pesantren,” imbuhnya.

Bentuk dukungan Pemkab Purbalingga terhadap pondok pesantren sebagai benteng degradasi moral adalah dengan memberikan sejumlah fasilitasi. Melalui Perda Nomor 7 tahun 2024, Pemkab Purbalingga telah memberikan dukungan dana hibah pondok pesantren, honor guru ngaji dan pimpinan pondok pesantren.

“Mudah mudahan dengan payung hukum ini (Perda) fasilitasi yang sudah diberikan bisa berlanjut pada pemerintahan berikutnya dan diharapkan sinergi ulama umaro dan umat ini bisa mengawal Purbalingga menjadi kabupaten yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur,” katanya.

Untuk diketahui, acara yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Purbalingga ini diisi 4 pemateri, antara lain Kapolres, Dandim, Densus 88 dan dari Kantor Kemenag. Kapolres Purbalingga memberikan materi pencegahan bullying bagi santri, Dandim memberi materi peran pesantren menciptakan lingkungan kondusif, Densus 88 memberi materi pesantren sebagai edukasi NKRI Harga Mati, sedangkan Kantor Kemenag memberi materi mewujudkan pesantren yang ramah bagi santri.

Katim Pencegahan Densus 88 AT Satgaswil Jawa Tengah, AKP Eko Yulistimawanto mengungkapkan radikalisme dan terorisme terjadi karena berbagai isu, mulai dari isu intoleransi dan SARA, isu kultural karena pemahaman keagamaan yang dangkal, penafsiran kitab suci yang sempit dan tekstual.
“Semua pelaku teror yang kita temukan memang banyak penyelewengan akidah yang diterapkan. Sehingga harapan kami dari para pak kiai bisa memberikan edukasi, ajaran yang benar kepada anak-anak kita agar tidak terjerumus,” katanya.

Untuk itu, Ia juga mengharapkan peran para santri untuk menghindari ideologi-ideologi yang berbasis teror, melalui berbagai cara. Diantaranya, memahami dan menghargai fitrah perbedaan, menyebarkan Islam yang rahmatan lil alamin. “Menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air, NKRI Harga Mati,” lanjutnya.

Acara diikuti oleh pengasuh dan admin dari 84 pondok pesantren se-Kabupaten Purbalingga. Silaturahmi ini juga wadah tukar pikiran sebagai bukti bahwa pesantren di Purbalingga eksis membina dan mencetak santri yang berakhlak mulia.(Gn/Prokompim)