PURBALINGGA – Polarisasi politik hingga berakibat kerusuhan di Indonesia dibutuhkan adanya pembelajaran bersama untuk menghindari dampak-dampak buruk seperti yang terjadi Negara-negara lain. Kordinator Program Studi Magister Ilmu Administrasi FISIP Unsoed, Dr Slamet Rosyadi menjelaskan polarisasi yang menyebabkan konflik akan membuat Negara menjadi hancur.

“Kita perlu belajar dari konflik politik negara lain seperti di Yugoslavia, Negara itu kini sudah bubar. Konflik di Filipina. Atau Iraq dan Suriah yang kini sudah porak poranda,” katanya dalam acara Silaturahmi Kebangsaan Polres Purbalingga, Kamis (20/6) di Penopo Dipokusumo.

Selanjutnya Ia juga mengajak belajar dari Negara Italia, dimana Negara tersebut memiliki karakter yang berbeda antara Italia bagian Utara dengan Italia Selatan. Italia Utara memiliki kemajuan dan kesejahteraan yang lebih tinggi, hal itu karena warga Italia Utara memiliki tradisi kewargaan yang sangat kuat dalam masyarakat mempunyai banyak asosiasi kehidupan.

Sedangkan Italia Selatan mengalami ‘defisit’ modal sosial, relasi relasi sosial, kemampuan asosional, kultur demokratis dan semangat desentralisasi sulit berkembang, banyak menampakkan suatu kecenderungan ketidakpercayaan sosial. Kesejahteraan mereka cenderung kalah dengan Italia Utara. Artinya modal sosial berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan ekonomi.

“Orang yang bermental sejahtera pasti akan malas berdemostrasi, ataupun membuat kerusuhan,” katanya.

Kesadaran yang positif juga perlu belajar dari Referendum Quebec (Kanada). Warga Quebec yang memiliki bahasa dan budaya Perancis hampir memisahkan diri dari Kanada. Namun disadari karena di Kanada merasa hidupnya baik-baik saja maka mereka memutuskan untuk tetap bersama Kanada.

Sementara itu Kapolres Purbalingga, AKBP Kholilir Rochman SH SIK MH dalam sambutannya menyampaikan akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan berbagai peristiwa bahkan semakin banyak menggelora seiring pelaksanaan Pemilu 2019 dan pasca Pemilu 2019. Berbagai macam ujaran kebencian, hoax, fitnah yang tentu memecah belah anak bangsa ini dapat berakibat disintegrasi bangsa.

“Kita tidak boleh diam melihat fenomena saat ini. Tidak boleh mundur ke belakang terdegredasi, karena para pendiri bangsa ini saja telah bersepakat dengan perbedaan justru mereka berkomitmen memerdekakan bangsa,” katanya.

Kapolres mengajak setidaknya kita mulai dari hal yaitu kecil yaitu Purbalingga, harus bersatu. Sebagai anak bangsa Ia ingin dalam silaturahmi ini tidak ada perpecahan anak bangsa di Purbalingga ataupun perselisihan sisa sisa proses Pemilu 2019. “Kita harus bersatu padu majukan Purbalingga,” katanya.

Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM dalam sambutannya mengatakan kontestasi politik telah berakhir, Ia mengajak seluruh jajaran komponen masyarakat untuk kembali bersatu rapatkan barisan membangun Purbalingga. Menyikapi hasil sengketa Pilpres di MK yang nanti akan diumumkan tanggal 28 Juni, diminta semua pihak di Purbalingga untuk tetap menjaga kondusifitas wilayah.

“Mari kita hormati terima apapun putusannya. Sebagai masyarakat tugas kita untuk mendukung menyengkuyung siapapun pimpinannya. Mari kita doakan agar pemimpin kita bisa bawa kemaslahatan Indonesia untuk 5 tahun ke depan,” tuurnya.(Gn/Humas)