PURBALINGGA – Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Kabupaten Klaten, Sabtu (30/11) melakukan studi banding pariwisata dengan fokus desa wisata ke Kabupaten Purbalingga. Kabupaten Purbalingga dipilih sebagai lokasi studi banding karena karakteristik kabupaten yang mirip dan Purbalingga dinilai mampu melakukan terobosan di bidang pariwisata.
Rombongan yang dipimpin Ir Hari Suroso diterima oleh Kepala Dinbudparpora Purbalingga Drs Akhmad Khotib, M.Pd, Kabid Pariwisata Ir Prayitno, M.Si, dan Kasi Sarana & Prasarana Wisata Sri Mulyani, BSc. Usai mendapat paparan singkat soal kebijakan pembangunan pariwisata, rombongan diajak mengunjungi Desa Karangbanjar, salah satu desa wisata di Purbalingga.
Kabid Pariwisata Ir Prayitno, M.Si mengungkapkan, pengembangan pariwisata tidak semata untuk mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun dalam skala luas, pengembangan pariwisata mampu menggerakan perekonomian masyarakat dan sebagai penggerak berkembangnya sector lain yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan daerah.
“Pengembangan pariwisata mampu mendukung tumbuhnya rumah makan, penginapan, sektor informasl, perdagangan, transportasi, industri kerjainan dan berbagai sector lainnya,” kata Prayitno.
Disisi lain, Prayitno mengungkapkan, pariwisata di masa mendatang diprediksi menjadi salah satu industri terbesar bersama industri teknologi dan informasi. Pola hidup masyarakat yang cenderung untuk berwisata juga mendukung bertumbuhnya industri pariwisata di masa mendatang.
“Namun, kami akui, persaingan antar kabupaten yang memiliki obyek destinasi wisata sejenis semakin ketat. Seperti halnya, destinasi wisata waterpark sejenis Owabong, saat ini sudah tumbuh lebih dari 24 buah di Jateng dan Jabar wilayah Timur. Kondisi ini tentu menjadi persaingan tersendiri dalam menyerap kunjungan wisata,” kata Prayitno.
Sementara dalam hal pembinaan desa wisata, Purbalingga saat ini memiliki sejumlah desa wisata seperti Desa Karangbanjar, Kecamatan Bojongsari, Desa Serang Kecamatan Karangreja, Desa Pekiringan Kecamatan Karangmoncol, Desa Panusupan Kecamatan Rembang, dan Desa Limbasari Kecamatan Bobotsari. “Desa wisata ini rata-rata menjadi pendukung obyek wisata yang ada disekitarnya, dan juga memiliki potensi wisata lokal atau potensi kerajinan untuk souvenir wisata,” katanya.
Prayitno menyebut, selain pembinaan terhadap desa wisata, pihaknya juga melakukan pembinaan terhadap Pokdarwis yang mengelola desa wisata. Pembinaan tersebut seperti pelatihan pemandu wisata, sertifikasi pemandu wisata, sosialisasi Sapta Pesona Wisata, mengirimkan peserta jamboree Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) dan kegiatan lain yang berhubungan dengan sekotor wisata.
“Keberhasilan pembinaan desa wisata pada akhirnya terletak dari semangat pihak desa yang bersangkutan dan Pokdarwis yang berada di desa itu,” kata Prayitno.
Prayitno mencontohkan, Desa Karangbanjar yang menjadi salah satu desa wisata, mampu berkembang karena dukungan pihak kepala desa, dan juga pengurus Pokdarwis Sinar Pesona serta dukungan masyarakat setempat. “Semua elemen masyarakat di desa itu saling mendukung dalam mengembangkan otensidesa,” ujar Prayitno.
Sementara itu Kepala Desa Karangbanjar Achmad Sobari mengungkapkan, Desa wisata Karangbanjar terbentuk pada tahun 2001. Kemajuan desa wisata Karangbanjar boleh dibilang cukup pesat sehingga mampu meraih sebagai juara I Desa Wisata tingkat nasional pada tahun 2010. Desa ini juga mendapat dukungan anggaran dari Pemerintah pusat melalui program PNPM Pariwisata dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan dukungan lain dari Pemkab Purbalingga serta Pemprov Jateng. (pt)