BALINGGA-DINKOMINFO, Sejak Purbalingga dijadikan sebagai daerah yang terpilih menjadi prioritas penanganan kasus Stunting Balita di Jawa Tengah bersama dengan Sembilan Kabupaten/Kota lainnya, maka hal ini menjadi “PR” bagi jajaran Dinas Kesehatan Purbalingga untuk menanganinya. Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi pada anak. Kasus stunting terjadi sejak dalam kandungan dan akan muncul saat anak berusia dua tahun.
Dari 224 desa yang ada, maka ada 10 desa yang perlu mendapatkan prioritas dalam penangannya; Kecamatan Kemangkon; desa Pelumutan, Kecamatan Kaligondang; desa Brecek, Cilapar dan Sempor, Kecamatan Kutasari; desa Candinata, Kecamatan Mrebet; desa Kradenan, Selagangeng dan Sangkanayu, Kecamatan Rembang; desa Bantar Barang dan Kecamatan Padamara; desa Kalitinggar.
Dari data yang dikeluarkan Riset Kesehatan Dasar Kementrian 2013, maka Prevalensi Stunting 2013 Purbalingga 36,75% sedangkan jumlah Balita Stunting 2013 ada 29.880 dari 70.000 balita. Sedangkan laporan data dari Puskesmas tahun 2017 tentang Stunting prosentasenya turun menjadi 22% dengan rincian 16% yang pendek dan 6% sangat pendek.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka, Pemkab yang dimotori oleh Dinkes melakukan langkah-langkah untuk menanganinya, Pertama melalui Advokasi kepada semua desa yang termasuk dalam kasus Stunting bersama Puskesmas bahwa pentingnya menjaga kesehatan bagi Ibu dan Anak sejak mulai dari kandungan sampai menginjak Balita.
Kedua mengoptimalkan Program dan Kegiatan di Bidang Kesehatan dengan tujuan untuk menanggulangi dan menangani kasus stunting dimaksud. Program dan Kegiatan tersebut bukan hanya semata-mata menjadi tanggungjawab Dinkes, namun juga didukung oleh semua Program dan Kegiatan yang ada di OPD maupun masyarakat, sehingga tanggungjawab kesehatan merupakan tanggungjawab kita bersama.
Kepala Dinkes Hanung Wikantono menjelaskan bahwa Stunting dapat dicegah sebelum terjadi pada anak yaitu mulai dari gaya hidup sehat, pemberian gizi yang baik, kontrol kesehatan dan tumbuh kembang anak serta imunisasi. “Yang terpenting, pemenuhan gizi pada 1000 hari pertama, kehidupan dengan memperhatikan kecukupan gizi selama kehamilan, memberikan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif selama enam bulan, serta memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) sesuai kecukupan gizi anak,” ungkap Hanung saat ditemuinya di kantor.
Untu anak yang sudah terlanjur terkena Stunting, dapat diberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemulihan, stimulasi pengasuhan dan pendidikan berkelanjutan. “Untuk itu Saya minta derajat kesehatan masyarakat untuk selalu ditingkatkan terus melalui; perilaku kesehatan untuk dijaga, lingkungan yang bersih dan sehat, pelayanan kesehatan secara kontiyu serta faktor keturunan (genetika). Saya yakin apabila 4 faktor ini apabila dijalankan dengan benar Insya Allah, Stunting di Purbalingga dapat ditekan sedini mungkin”ungkapnya penuh harap.(PI-3)