PURBALINGGA – Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM tahun ini memfokuskan upaya pengeliminasian 2 penyakit menular di Purbalingga, diantaranya yakni penyakit Tuberculosis (TBC) dan Malaria. Pada kesempatan kali ini, guna mengeliminasi Penyakit Malaria, Pemkab Purbalingga bekerjasama dengan Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI.
Kerjasama ini diawali dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Bupati Purbalingga dengan Kepala Balitbangkes Kemenkes RI. Selain itu juga Perjanjian Kerja Sama antara Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga dengan Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat tentang Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penguatan Surveilans Migrasi dan Pengendalian Larva Anopheles spp.
“Malaria pernah menjadi salah satu kasus di Purbalingga pada tahun 2009, tepatnya di Desa Panusupan (Kecamatan Rembang) dan Desa Tamansari (Karangmoncol) dan menjadi kejadian luar biasa. Meski demikian Dinkes sudah lakukan langkah cepat agar wabah tidak meluas,” kata Bupati Tiwi.
Ia menjelaskan, beberapa daerah di Purbalingga saat ini menjadi fokus pemberantasan Malaria. Diantarannya Desa Selakambang, Desa Sidanegara, Desa Tetel dan Desa Tegalpingen. Desa-desa ini masyarakat didorong untuk lakukan pencegahan dini.
“Sejak penanganan cepat dan pencegahan itu, alhamdulillah 3 tahun terakhir tidak ada kasus Malaria yang indigenous. Oleh karena itu, kita sangat memungkinkan untuk meraih Sertifikat Eliminasi Malaria,” katanya.
Beberapa aspek penting kerjasama untuk mengeliminasi Malaria ini, Puslitbang Upaya Kesmas dan Dinas Kesehatan Purbalingga akan melaksanakan berbagai hal. Diantaranya akan meneliti, menyediakan larvasida, bersama-sama untuk pemeliharaan eliminasi malaria seperti : pelaksanaan surveilans malaria secara rutin, pemantauan nyamuk anopheles spp, intervensi pengendalian vector, pemetaan lokasi, penyusunan laporan dan menyelenggarakan diseminasi hasil Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penguatan Surveilans Migrasi dan Pengendalian Larva Anopheles spp.
Sementara itu Kepala Balitbangkes (Kemenkes RI), dr Siswanto MHP DTM menyampaikan, sudah menjadi program nasional untuk menurunkan penyakit menular maupun penyakit tidak menular pada masyarakat. “Terkait penyakit menular khususnya yang berasal dari binatang, secara umum selain Malaria kami juga sedang melakukan riset untuk penanggulangan penularan Leptospirosis sp atau penyakit dari air kencing tikus,” katanya.
Sedangkan untuk penyakit tidak menular seperti jantung, hipertensi, stroke, diabetes, gagal ginjal, kencing manis, dan sebagainya butuh penanganan yang berbeda dan tidak memerlukan tindakan imunisasi. Akan tetapi dengan merubah lifestyle masyarakat dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
“Justru penyakit tidak menular inilah yang menghabiskan biaya BPJS dan menyebabkan defisitkeuangan Negara. Saat ini menjadi perdebatan di DPR dan jangan kaget kalau premi (BPJS) kemungkinan akan dinaikan karena tidak imbang uang masuk dengan keluar,” tuturnya.(Gn/Humas)