Festival Gunung Slamet merupakan agenda rutin yang mempunyai makna yang amat dalam, selain untuk nguri-nguri budaya Jawa yang adiluhung, juga untuk menunjang sekaligus mempromosikan potensi wisata Desa Serang Kecamatan Kerangreja. Ada beberapa rangkaian dalam festival gunung slamet ini, pertama prosesi pengambilan air di kaki gunung Slamet, mata air tersebut bernama Tuk Sikopyah.
Kegiatan hari pertama adalah pengambilan air Tuk Sikopyah diawali dengan pembawaan lodong oleh 40 orang laki-laki, dan pembawaan nampan sesaji oleh 40 orang perempuan. Pakaian serba hitam dengan ikat kepala dikenakan oleh laki-laki sedangkan perempuan mengenakan kain berwarna hijau. Lodong merupakan gelondongan bambu sepanjang dua meter dengan ujung dibuat agak runcing dan digunakan sebagai tempat air.
Setelah diadakan upacara permintaan ijin kepada sesepuh masyarakat, rombongan pengambil Tuk Sikopyah menuju lokasi, sekitar 2 kilo meter jauhnya. Dengan menyusuri lereng gunung rombongan berjalan diiringi dengan tetabuhan selawat berlanggam jawa. Setibanya di Tuk Sikopyah, sesepuh desa memimpin doa dan dilanjutkan dengan pengambilan air untuk dimasukan kedalam lodong.
Usai pengambilan air, sesepuh masyarakat kembali membacakan doa sebelum rombongan berjalan menuju Balai Desa Serang untuk menyemayamkan lodong dan kokok berisi air yang nantinya akan dibagikan pada hari terakhir festival.
Hari kedua festival menampilkan pentas budaya lokal dan pasar rakyat di depan balai desa Serang, kemudian dilanjut dengan penanaman turus di sekitar lereng gunung Slamet. Sekaligus pembagian sedekah kepada fakir miskin.
Pada sore harinya dilakukan event perang strobery di lapangan desa Serang. Perang ini sangat meriah karena dilakukan oleh pria-wanita, muda-tua bercampur menjadi satu. Buah yang digunakan adalah buah yang telah afkir dan tidak layak jual. Saling lempar satu sama lain dan keriuhan anak-anak menjadi tontonan yang tidak boleh dilewatkan.
Hari ketiga festival menampilkan kirab budaya dan hasil bumi, kirab dimulai dengan rombongan pembawa Air Tuk Sikopyah, kemudian di belakangnya gunungan hasil bumi, kesenian. Start dimulai Lapangan SMP Negeri 2 Karangreja di Desa Kutabawa dan Finish di depan Balai Desa Serang
Setelah sampai di balai desa serang air Tuk Sikopyah langsung dibawa ke rest area Desa Wisata Serang. Di Rest Area tersebut dilakukan prosesi wayang ruwat. Setelah air tuk Sikopyah sampai kemudian diterima Bupati Purbalinga, yang selanjutnya air itu dibagikan kepada seluruh masyarakat yang datang. Setelah itu dilakukan pemotongan tumpeng.
Kemudian siang harinya sampai sore dilakukan pentas pentas seni budaya lokal dan malam harinya dilakukan pertunjukan seni kontemporen serta pertunjukan lihgting spektakuler. Seni kontemporer ini menampilkan perpaduan music modern dengan music tradisional. Singel gitar, single drum juga menjadi tontonan yang wajib bagi pencinta music. Dengan alunan yang menggebu serta kadang romantic dan sakali-kali memadukan nada-nada jaz, hingga membuat jiwa melayang ditengah dinginya udara pengunungan.
Kalau anda ingin mengikuti kegiatan itu maka siap-siap saja dari sekarang. Kegiatan biasanya dilaksanakan pada bulan Asyuro penanggalan hijriyah. Untuk mengikuti event tersebut anda bisa memesan home stay jauh-jauh hari, dengan harga menginap yang terjangkau serta hidangan makanan ala desa, menambah pengalaman yang sangat menarik yang tak akan terlupakan. (Sap’S).