PURBALINGGA, HUMAS – Festival Gunung Slamet (FGS) yang mulai digelar Kamis ini (4/6) hingga Sabtu (6/6) di Desa Wisata Serang Kecamatan Karangreja, Purbalingga bakal menjadi agenda wisata budaya tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Diungkapkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Subeno, kegiatan Festival Gunung Slamet yang baru pertama diadakan di Purbalingga telah disetujui Gubernur Ganjar Pranowo akan diangkat menjadi event Provinsi.
“Tahun ini event provinsi ada di Festival Serayu di Banjarnegara. Tahun depan akan bergeser ke Purbalingga dan Dinbudpar Jateng sudah siap membackup,” ujar Subeno disela-sela prosesi pengambilan air kehidupan tuk (mata air-red) Sikopyah yang berada di dusun Kaliurip Desa Serang, Kamis (4/6).
Menurut Subeno, kegiatan FGS nantinya diharapkan jadi ikon bukan hanya untuk Purbalingga tetapi juga untuk wilayah Banyumas raya utamanya yang ada di lereng Gunung Slamet. Sebenarnya, lanjut Subeno, tahun ini sudah diagendakan mengundang kabupaten tetangga untuk berpartisipasi. Namun karena terkendala dana, mereka batal diikutkan.
“Tahun depan, Dinbudparpora bersama pemkab juga akan memback-up penuh kegiatan ini. Mudah-mudahan akan lebih besar dari yang sekarang,” katanya.
Apalagi, lanjutnya, antusias masyarakat setempat dinilai sangat tinggi. Bahkan saat prosesi pengambilan air dari tuk Sikopyah, para pelaku memperagakan seluruh prosesi dengan khidmat. “Ini yang justru menjadi kekuatan untuk event ke depan,” tambahnya.
Sementara, Kepala Desa Serang Sugito berharap FGS dapat disatukan dengan tradisi yang sudah lama ada di desanya yakni tradisi bersih bumi atau ruwat bumi saat peringatan 1 Suro. Pasalnya, banyak prosesi yang digelar dalam FGS yang diadopsi dari kegiatan tahunan suran.
Menurutnya, kegiatan ruwat bumi yang biasa dilaksanakan cukup menarik sehingga akhirnya diadopsi dalam FGS. Termasuk prosesi pengambilan air tuk Sikopyah. Namun hanya dikemas sederhana dan di FGS ini dikemas lebih besar dan lebih menarik.
“Rencana kami, akan kita fokuskan semuanya dalam kegiatan Sura. Daripada setahun ada dua kali event, dan swadaya masyarakat juga cukup besar maka sebaiknya kita gabung jadi satu,” jelasnya.
Ketua Panitia FGS, Tri Daya Kartika mengaku terharu dengan terselenggaranya Festival Gunung Slamet ini. Dia berharap kegiatan ini mampu mendukung pariwisata di segitiga desa wisata yakni desa Serang, Kutabawa dan Siwarak. “Adanya kegiatan seperti ini kita harapkan mampu meningkatkan kunjungan wisata di tiga desa tersebut,” katanya.
Festival Gunung Slamet akan berlangsung selama tiga hari mulai Kamis (4/6) hingga Sabtu (6/6). Kegiatan diawali dengan prosesi pengambilan air dari tuk Sikopyah desa Serang. Untuk kemudian disemayamkan di Balai desa setempat. Air tuk Sikopyah ini nantinya akan dibagikan kepada masyarakat oleh Bupati Sukento Rido Marhaendrianto.
Agenda lainnya, pada Jumat (5/6) digelar pentas seni budaya lokal dan pasar rakyat di lokasi Rest Area Lembah Asri desa Serang mulai pukul 09.00 WIB. Kemudian pada siangnya mulai pukul 14.00 dilaksanakan perang buah strawberi dan tomat serta hasil bumi masyarakat desa Serang, Kutabawa dan Siwarak.
Puncaknya pada Sabtu (6/6), diselenggarakan kirab budaya dan hasil bumi dari lapangan SMP Negeri 2 Karangreja di desa Kutabawa menuju Rest Area desa Serang. Ditempat ini terdapat prosesi wayang ruwat dan pentas seni dan budaya local. Pada Sabtu malam, rangkaian acara bakal ditutup dengan sajian pentas seni kontemporer dan pertunjukan lighting spektakuler. (Hardiyanto)