PURBALINGGA, INFO – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Setiyadi menuntut para guru agar terus belajar dan mau berubah ke arah yang lebih baik, seiring tuntutan zaman di era digital saat ini.
“Jika tidak mau berubah, jangan jadi guru. Jangan menularkan kebodohan ke anak-anak. Kasihan anak-anak kita,” ujar Setiyadi ketika membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Pembelajaran Kurikulum 2013 bagi Guru SMP se Purbalingga, di Aula SMP Negeri 3 Purbalingga, Senin (16/11).
Bimtek diikuti 77 SMP se Purbalingga, setiap sekolah mengirimkan 4-8 guru mata pelajaran Ujian Nasional, yakni Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan Bahasa Inggris. Untuk gelombang pertama, Bimtek akan berlangsung selama empat hari hingga Kamis (19/11).Dilanjutkan gelombang kedua, juga empat hari, pekan depan.
Bertindak sebagai penyaji materi, diantaranya Bangun Pracoyo dan Suyanto keduanya pengawas Dindikbud Purbalingga, dan Sodery, Kepala SMP Negeri 2 Kutasari. Pembukaan Bimtek dipusatkan di Aula SMPN 3 Purbalingga, dan disiarkan secara langsung melalui youtube, karena masih Pandemi Covid-19.
Tempat pelaksanaan Bimtek, ada enam tempat, yakni di SMPN 3 Purbalingga, SMPN 1 Padamara SMPN 1 Bobotsari, SMPN 1 Bojongsari, SMPN 1 Rembang dan SMPN 1 Bukateja. Penyebaran peserta di berbagai tempat ini, untuk menghindari kerumunan, dan setiap peserta tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Setiyadi mengibaratkan, peserta didik seperti sekeranjang batu, yang terdiri dari berbagai jenis batu, ada bahan batu akik, batu mutiara, berlian dan sebagainya. “Mau jadi apa batu-batu itu, tergantung gurunya. Guru harus bisa memperlakukan satu persatu anak-anak, untuk mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi anak kreatif, inovatif dan mandiri. Ya, di sinilah perlunya guru untuk terus belajar dan mau berubah sesuai zaman,” ujar Setiyadi.
Setiyadi juga meminta kepada para guru untuk meningkatkan budaya literasi, dengan banyak membaca. Orang yang banyak membaca, akan tumbuh daya kritis, cara berpikirnya analitis dan tepat dalam mengambil keputusan, serta tidak gampang terprovokasi oleh berita-berita hoax.
“Saat ini, ada orang yang gampang terprovokasi, itu karena tingkat literasinya rendah,” tegasnya. (PI-7)