PURBALINGGA, HUMAS – Bupati Purbalingga Drs H Heru Sudjatmoko, M.Si mengajak kepada seluruh warga masyarakat Purbalingga untuk terus membangun kerjasama dan dialog dalam menyelesaikan persoalan yang muncul. Hindari tindakan anarkistis, destruktif dan fanatisme sempit, karena tindakan itu justru akan membawa manusia dalam kegelapan.
“Seluruh warga masyarakat, termasuk umat Kristiani harus melawan kegelapan. Umat Kristiani harus menjadi terang bagi bangsa dan dunia. Terang Natal diharapkan memberi inspirasi kepada kita untuk menghalau kegelapan. Terang itu harus mulai terpancar dalam diri kita yang harus mengedepankan kejujuran dan kebaikan,” kata Bupati Heru Sudjatmoko dalam sambutan tertulis yang disampaikan oleh Wakil Bupati Purbalingga Drs Sukentho Ridho Marhaendrianto, MM, dalam perayaan Natal bersama Badan Kerjasama Antar Gereja (BKSAG) – TNI/Polri di Pendopo Dipokusumo, Jum’at (30/12/2011) malam.
Perayaan Natal itu berlangsung meriah. Sekitar 2.000 jemaat dan tamu undangan memenuhi pendopo dan halamannya. Kedatangan artis era 1980-an Victor Hutabarat membuat panitia harus menambah jumlah kursi lebih dari 200 buah, dari 2.000 kursi yang sudah disiapkan sebelumnya. Meski terlambat karena ada undangan dari Gubernur Jateng Bibit Waluyo di Semarang, Bupati Heru Sudjatmoko juga nampak hadir memberikan ucapan selamat kepada umat Kristiani di Purbalingga. Ikut hadir dalam kesempatan itu wakil ketua komisi II DPR RI Ganjar Pranowo, anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Purbalingga, dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Wabup Sukento menilai, perayaan Natal yang mengambil tema ‘Bangsa yang Berjalan di Dalam Kegelapan Telah Melihat Terang yang Besar’, sangat relevan dengan kondisi bangsa kita saat ini. Bangsa yang tengah bergelut dalam kegelapan. Kegelapan bukan sekedar dalam artian tidak ada cahaya penerang. Kegelapan lebih ditimbulkan adanya sikap mengutamakan, memenangkan kebebasan manusia daripada memihak kehendak Tuhan. “Tak dipungkiri penggelapan yang berbuah kegelapan telah melanda sebagian negeri dan membutakan semua mata. mata hati, mata perasaan, mata pikir bangsa ini,” kata Sukento.
Dalam situasi yang mendebarkan dan gelap, lanjut Sukento, banyak orang tak lagi mudah mencari pegangan dan memelihara harapan. “Kegelapan dan kesulitan hidup, telah menggiring orang pada keputusasaan, sehingga banyak orang merasa seolah hidup tak lagi mempunyai arti,” kata Sukento.
Sukento juga mengajak umat Kristiani untuk terus terlibat dalam program-program pembangunan di Purbalingga. Selain itu juga terus membangun kerukunan beragama dengan memperkokoh toleransi. “Mari kita tumbuhkan budaya saling menghargai dan saling menghormati. Dengan cara itu, kita dapat menjadi bagian dari bangsa yang besar, bangsa yang memiliki peradaban unggul dan maju, bangsa yang mulia dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain di dunia,” pinta Sukento.
Launching Album Rohani
Dalam perayaan Natal itu, Kapolres Purbalingga AKBP Roy Hardi Siahaan, S.IK. SH, MH melaunching album rohani perdananya berjudul ‘Bila Saatnya Tiba’. Tiga lagu dalam album rohani itu diciptakan sendiri ketika mengalami sakit dan terbaring di rumah sakit Elisabet Semarang. Kapolres juga menyampaikan kesaksian hidupnya yang menginsipirasi album tersebut.
Ketika tengah menderita sakit, kata Roy Hardi, dokter menyebut penyakit saya yang bersarang di kepala, aneh. Sulit disembuhkan karena tidak diketahui. Saya berusaha dekat kepada Tuhan, dan membuat lagu itu dengan petikan gitar. Ternyata, tiga hari kemudian ketika kepala saya di cek lagi, penyakit saya hilang.
”Saya sudah pasrahkan diri, jika Tuhan Yesus memanggil saya, maka saya siap kapanpun juga. Namun, ternyata Tuhan Yesus masih memberikan umur panjang kepada saya, meski saya juga mengalami kecelakaan lalu lintas, sehari sebelum dilantik menjadi Kapolres Purbalingga 4 November 2010 silam. Ini Sungguh anugerah terbesar dari Tuhan Yesus,” kata Roy Hardi Siahaan. (Humas/y/Hr)