PURBALINGGA, HUMAS – Raut keriput Abu Arifin tampak sumringah saat menerima replika kunci dalam seremonial penerimaan secara simbolis bantuan rumah dari TNI, Kamis (3/10). Veteran angkatan ’45 yang pernah menjadi Ajudan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini terus mengumbar senyum karena surat yang dikirimkan ke Presiden Susilo Bambang Yudoyono Mei lalu, mendapat tanggapan serius.
“Saya sebenarnya tidak ingin meminta-minta. Tapi, banyak suara-suara sumbang mengatakan, kok bisa ya negara menelantarkan seorang pejuang kemerdekaan yang pernah turut berperang merebut kemerdekaan. Tapi, mulai detik ini, tanggal 3 Oktober pukul 08.25, saya ingin bungkam suara-suara sumbang itu,” tegas pejuang kelahiran tahun 1921 ini.
Komandan Korem 071 Wijayakusuma – Banyumas, Kolonel Kavaleri Nugroho Tjendakiarto SH mengatakan pihaknya memang memanfaatkan momen Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Ke-68 untuk menyerahkan rumah ini kepada Abu Arifin. Pihaknya mendapat mandat langsung dari Panglima Daerah Militer (Pangdam) IV Diponegoro.
“Ini sebagai bentuk penghormatan kami kepada beliau. Tanpa beliau, salah satunya, kita mungkin tidak dapat menikmati kemerdekaan seperti saat ini,” jelasnya.
Abu Arifin dikenal sebagai salah satu pejuang kemerdekaan yang masih sehat wal’afiat dan produktif di usianya yang ke-92 tahun. Dia tergabung dalam militer sejak Penjajah Jepang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1942. Setelah Heiho dibubarkan menyusul hengkangnya Jepang dari Nusantara, Arifin bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Karir terbaiknya menjadi Ajudan II Pangsar Jenderal Soedirman yang juga dipercaya menjadi komandan pasukan perang.
“Bukan hanya saya yang berjuang, istri saya juga ikut berjuang melalui Laskar Wanita,” ujar suami mediang Soetari yang menikah di tengah peperangan di akhir penjajahan Belanda, tahun 1949.
Pejuang dengan karir militer terkhir di CPM berpangkat Mayor, pernah beberapa kali menerima penghargaan, baik oleh Soekarno, Djuanda, Soeharto dan bahkan beberapa kali menjadi tamu di Istana Merdeka. Mantan pejuang gerilya ini mengaku sudah tiga kali bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudoyono, namun belum pernah mengutarakan kondisi ekonominya.
“Sebelum mendapatkan tunjangan pensiun veteran empat tahun lalu, saya hanya mengandalkan penghasilan dari istri termasuk tunjangan duda setelah istri meninggal. Hanya cukup untuk makan. Saya bersyukur, setelah 90-an tahun saya hidup, akhirnya punya rumah juga,” ujar kakek 9 anak, 25 cucu dan 5 cicit yang selama ini hidup di rumah kontrakan.
Menulis Surat Ke Presiden
Arifin mengaku terpaksa menulis surat ke Presiden 16 Mei 2013, menuntut perhatian pemerintah kepada veteran yang tersisa seperti dirinya. Seminggu setelah surat itu dikirimkan, dia langsung mendapat respon.
Berkali-kali, dia menerima tamu militer yang menindaklanjuti perintah Presiden untuk merealisasikan pemberian rumah kepadanya. Bahkan mantan Pangdam IV/ Diponegoro Mayjen TNI Hardiono Saroso juga sempat menyambangi rumah kontrakannya di Gang Panca Purbalingga Kulon. (cie)