PURBALINGGA- Saat ini Indonesia termasuk Purbalingga dilanda musim kemarau yang lebih panjang menyebabkan kekeringan. Dampak kekeringan sangat dirasakan betul oleh masyarakat, banyak sumber mata air kering, debit air sungai berkurang, kekeringan lahan pertanian yang menyebabkan gagal panen dan juga krisis air bersih. Kekeringan di Purbalingga juga mengakibatkan kebakaran hutan di lereng gunung Slamet namun saat ini sudah berhasil diatasi.

“Sebagai ikhtiar kita memohon segera diturunkannya hujan di bumi Purbalingga, kita laksanakan shalat istisqa’. Tak hanya di alun-alun Purbalingga namun juga di 18 Kecamatan serentak pada hari dan jam yang sama,” kata Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM usai pelaksanaan shalat istisqa’ bersama masyarakat di alun-alun Purbalingga, Jum’at pagi (27/9).

Menurut Bupati Dyah H Pratiwi, berbagai langkah telah ditempuh untuk penanganan kekeringan di Purbalingga terutama krisis air bersih yang terjadi di beberapa wilayah. Dikatakannya, dampak kemarau yang berkepanjangan saat ini tak bisa hanya mengandalkan dana penanggulangan bencana yang ada. Untuk itu pihaknya telah menerbitkan surat edaran kepada seluruh OPD/Badan/Dinas/Kantor, BUMD, BUMN dan instansi vertikal yang ada di Kabupaten Purbalingga untuk bersama-sama membantu warga Purbalingga terutama bantuan droping air bersih.

“Alhamdulillah semua guyub rukun, semua ikut bergotong royong ikhlas membantu pengadaan air bersih untuk masyarakat. bahkan droping air bersih juga dilakukan oleh sejumlah organisasi sosial kemasyarakatan di Purbalingga droping air bersih bagi warga Purbalingga di sejumlah wilayah yang dilanda kekeringan,” kata Bupati Dyah H Pratiwi.

Bertaubat Dan Membayar Zakat Solusi Bagi Beragam Kerusakan

Dalam khutbahnya, KH Roghib Abdurrakhman selaku khatib usai pelaksanaan shalat istisqa’ menyampaikan, belum turunnya air hujan yang menyebabkan kekeringan, kebakaran, kabut asap dan banyak dampak lainnya menyebabkan kerusakan yang melanda negeri. Solusi bagi beragam kerusakan yang terjadi adalah bertaubat dengan taubatan nashuha, taubat yang sebenar-benarnya dengan memperbanyak istighfar memohon ampun kepada Allah.

Menurutnya, selain bencana dari belum turunnya hujan, bencana lain di negeri ini yakni masih banyaknya umat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Hal itupun semestinya dapat diselesaikan apabila kesadaran membayar zakat berbanding lurus dengan kewajiban shalat. Penyebab turunnya berbagai bencana juga adalah akibat banyaknya kemaksiatan merajalela seperti seks bebas, pornografi, perjudian, penyalah gunaan obat-obatan terlarang dan berbagai bentuk kemaksiatan lainnya.

“Membayar zakat harusnya berbanding lurus dengan kewajiban shalat, karena zakat adalah termasuk pilar agama, dari zakat akan melapangkan rizki dan membantu umat lainnya yang masih hidup dibawah garis kemiskinan,” kata KH Roghib. (t /humpro2019)