Wabup Tasdi Irup Harkitnas7

Sikap Persatuan demi menjunjung tinggi nasionalisme yang dulu dibanggakan dan didambakan, kini menjadi sebuah kekhawatiran. Pemicunya adalah makin maraknya konflik antar etnis dan agama, antar pelajar, tawuran warga, sikap prasangka antar kepentingan, konflik horizontal dan gangguan keamanan yang masih sering terjadi, menjadi fenomena kebangsaan yang perlu disikapi dengan hati-hati.

Hal itu disampaikan Wakil Bupati Purbalingga Tasdi, saat membacakan sambutan tertulis Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, pada Upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-106 di halaman Pendapa Dipokusumo, Selasa (20/5).

Dikatakannya, bangsa Indonesia sangat menginginkan kehamornisan dalam perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Nasionalisme bukan terbangun dari perilaku saling menuding, bukan saling menyalahkan, bukan saling menyingkirkan,” kata Tasdi saat menjadi inspektur upacara yang diikuti jajaran TNI, Korpri, Pelajar dan Pramuka. Upacara yang pertama dipimpin Wabup juga diikuti jajaran Muspida dan pimpinan SKPD.

Diungkapkannya, kekuatan kebangsaan tersemai dalam kohesifitas yang harmonis dengan energi potensi yang telah dimiliki. Serta memiliki komitmen untuk berbagi dan bersinergi dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional.

Sejalan dengan tema peringatan, meurutnya ada tiga makna nasionalisme yang sekaligus menjadi ukuran sejauh mana nilai-nilai nasionalisme terimplementasi dalam karsa, cipta dan karya kekinian. Nasionalisme yang bukan hanya diskursus dan wacana sorak sorai. Tetapi nasionalisme yang dibutuhkan bangsa ini adalah nasionalisme yang bekontribusi bagi kedaulatan dan harga diri bangsa.

“Kekuatan sebuah bangsa tercirikan dari bagaimana kemajemukan dan perbedaan dapat dikelola menjadi kekuatan,” tambahnya.

Kebangkitan Nasional adalah niat mulia untuk kembali menyatukan perbedaan-perbedaan yang dimiliki bangsa ini.   Sebagaimana yang didengungkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. (Hardiyanto)