Berdasarkan data WHO Indonesia merupakan negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi ketiga di dunia, diperkirakan ada 824.000 kasus dengan angka kematian mencapai 93.000, setelah India dan China. Sedangkan temuan kasus TBC di Purbalingga menurut data Dinas Kesehatan Purbalingga dari Januari sampai Agustus 2022 sebanyak 1992 kasus.
Hal ini diketahui saat Rapat Koordinasi Tim percepatan Eliminasi Tuberkulosis Multisektoral Kabupaten Purbalingga bertempat di Gedung PPNI Purbalingga, Senin (19/9/22). Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Daerah Purbalingga, Imam Wahyudi menyampaikan perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat supaya timbul kesadaran agar memeriksakan diri jika menemui gejala TBC.
“Hal ini saya pikir merupakan sesuatu yang cukup serius dan harus kita tangani betul. Yang sangat penting bagi kita itu justru bagaimana kita mensosialisasikan, menemukan kalau ada orang punya gejala TBC bisa didorong untuk segera diobati dan gratis,” katanya.
Sementara itu Tri Haryanto narasumber dari Balai Kesehatan Masyarakat Magelang mengatakan Dinas Kesehatan tidak bisa bekerja sendiri untuk menangani TBC, harus ada kerjasama multisektor.
“Tergantung dari multi lintas sektoral, kalau tidak ada daya dukung dari lintas sektor yang lain TB tidak akan pernah bisa kita hilangkan, tidak akan pernah tercapai eliminasi TB nya,” katanya.
Dia menambahkan ada tiga strategi yang dapat dilakukan yaitu peningkatan kemitraan TB melalui forum koordinasi TBC, peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TBC dan penguatan manajemen program melalui penguatan sistem Kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Purbalingga Jusi Febriyanto saat ini Purbalingga memiliki lima Fasyankes rujukan layanan TCM (Tes Cepat Molekuler) yaitu Rumah sakit Goeteng Taroenadibrata, Puskesmas Mrebet, Puskesmas Kaligondang, Puskesmas Karanganyar dan Puskesmas Kutasari.
Untuk menangani TBC Dinkes Purbalingga juga telah membangun Kerjasama dengan yayasan MSI (Mentari Sehat Indonesia) untuk bersama-sama mensosialisasikan program TBC. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan publik private mix (klinik, DPM, laboratorium, dan apotek). Melaksanakan kegiatan “Gempur Toss TB” (Gerakan Membara Purbalingga Temukan Obati Sampai Sembuh Penderita TB) dan melaksanakan investigasi kontak pasien TB.
“Kalau sudah ada pasien TB dalam satu rumah biasanya tidak cuma satu yang kena, biasanya istri atau suaminya atau anak-anaknya. Kita cek semuanya jadi nanti meningkatkan jangkauan, intinya itu bagaimana kita mendapatkan sebanyak mungkin pasien TB dan kita obati sampai sembuh,” pungkasnya.