PURBALINGGA – Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Mikro dan Menengah (Dinkop UMKM) Kabupaten Purbalingga bekerjasama dengan Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kerjasama ini menyangkut pengkajian dan pengembangan teknologi pasca panen khususnya dalam peningkatan kualitas produk UMKM yang ada di Purbalingga.
Kepala Dinkop UMKM Purbalingga, Drs Budi Susetyono MPA menyampaikan bahwa selama ini UMKM di Purbalingga mengalami berbagai persoalan baik internal maupun eksternal. Diantaranya menejemen permodalan, penerapan (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), ketersediaan bahan baku, informasi promosi dan pemasaran, birokrasi kemitraan dari berbagai institusi dan organisasi.
Oleh karenannya, pada Kamis (11/10) dilaksanakan pertemuan antara LIPI, Dinkop UMKM, lembaga perbanka dan sekitar 100 pelaku usaha UMKM. “Tujuan pertemuan ini adalah untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan UMKM yang ada di Purbalingga khususnya aspek pembiayaan modal dan teknologi yang merupakan bagian dari penerapan Iptek,” katannya dalam acara yang diselenggarakan di OR Graha Adiguna kompeks Pendopo Dipokusumo .
Sesuai dengan perjanjian kerja sama (PKS) yang telah ditandatangani, LIPI akan melaksanakan pengembangan produk UMKM khususnya produk makanan kaleng. Ada beberapa tahap penelitian dan pengembangan yang akan dilaksanakan diantaranya uji kecukupan panas, uji gizi, uji mikrobiologi, lgam berat, dan uji masa simpan.
Kepala BPTBA LIPI, Hardi Julendra SPt MSc menyampaikan selama ini pihaknya telah berhasil mengembangkan aneka produk kuliner yang sudah ada dengan kemasan yang berbeda dan lebih inovatif. Misalnya Gudeg kemasan kaleng yang bisa tahan 1 tahun tanpa bahan kimia, Nasi Megono kemasan kaleng, abon tuna, bakso ikan tuna, olahan agar-agar kertas dari rumput laut, dan sebagainya.
“Kami rencanannya seluruh makanan tradisional yang ada di berbagai daerah di Indonesia, akan coba kita teliti cocoknya dikemas seperti apa. Sehingga nanti di pasar-pasar internasional, makanan-makanan dari kabupaten apa saja ada,” katanya.
Melalui pengemasan yang lebih inovatif seperti pengalengan dan sebagainya itu, nantinya produk kuliner khas daerah, tidak hanya bisa dinikmati di tempat penjual, tapi juga bisa dijadikan oleh-oleh yang bisa dibawa kapan saja. Selain itu pada pertemuan ini, LIPI juga bersedia sebagai tempat konsultasi klinik teknologi bagi para pelaku UMKM.
“Melalui kerjasama dengan Dinkop UMKM ini nanti kami akan pilih satu UMKM di Purbalingga untuk dijadikan model (inkubasi) pengembangan. Selain itu kami juga punya rencana zero waste, yakni mengolah sampah kulit nanas untuk difermentasi dan dijadikan pakan ternak,” katanya.
Sementara itu Plt Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon menyampaikan dalam perjanjian kerjasama antara LIPI dengan Pemkab Purbalingga, diharapkan nantinya akan ada peningkatan kualitas dan nilai ekonomi yang lebih tinggi bagi produk UMKM yang dijadikan model pengembangan.
“Nanti salah satu tindaklanjut penelitian dari LIPI adalah semcam bantuan kemasan atau packaging. Sehingga nanti produk UMKM di Purbalingga tidak ngisin-isinaken, lalu menjadi salah satu daya tarik. Sebab konsumen kadang membeli produk biasanya pertama melihat dari kemasannya bukan dari rasanya. Rasa mungkin penting tapi itu nomor 2. Kalau kemasan cantik, apik, mereka akan tertarik untuk membeli,” ungkapnya.
Guna mendukung program UMKM di Purbalingga, Plt Bupati Tiwi juga merencanakan akan menyediakan Sentra Kuliner dan Oleh-oleh Khas Purbalingga. Sebab selama ini belum tersedia wadah untuk menampung penjualan produk secara khusus para pelaku UMKM se-Purbalingga.
“Sentra kuliner dan pusat oleh-oleh khas Purbalingga ini harapannya akhir tahun sudah bisa diresmikan. Ini adalah bagian dari upaya pemerintah untuk menanggapi persoalan promosi dan pemasaran produk UMKM Purbalingga,” ujarnya. (Gn/Humas)