PURBALINGGA – Mengurai permasalahan yang timbul dari kebhinekaan secara efektif dan beradab, membutuhkan tekad dan kerjasama yang baik oleh seluruh warga negara. Karena pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, adalah kewajiban setiap warga negara demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari bermacam suku, agama dan golongan dalam bingkai bhineka tunggal ika.

 Pesan tersebut disampaikan Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 071/Wijayakusuma Suhardi, pada kegiatan apel nusantara yang digelar di alun-alun Purbalingga yang bertajuk Indonesiaku, Indonesiamu, Indonesia Kita Bersama pada Rabu pagi (30/11). Apel Nusantara diikuti Bupati Purbalingga Tasdi, Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi, seluruh unsur Forkopimda Purbalingga, organisasi masyarakat (ormas), tokoh lintas agama, tokoh masyarakat, pelajar dan ribuan masyarakat lainnya.

Seluruh peserta apel mengenakan ikat kepala merah putih, dan mengenakan pakaian adat dari seluruh Indonesia. Dalam apel nusantara tersebut juga ditampilkan kesenian daerah, kumandang lagu-lagu perjuangan dan pembacaan puisi dari budayawan Subeno Ki Waru Doyong beserta 3 siswa SMA, SMP dan SD. Selain itu juga orasi kebangsaan dari tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh agama, pejabat Forkopimda dan Bupati Purbalingga.

Dalam orasinya, tokoh pemuda Purbalingga menyampaikan bahwa Indonesia terbentuk dari pondasi kuat Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia adalah negara Pancasila, negara yang terbentuk dari kesepakatan, perjanjian dan persaksian dari berbagai lapisan masyarakat untuk dijadikan falsafah bangsa Indonesia. Maka tokoh pemuda secara tegas menyatakan menolak segala bentuk ideology yang bertentangan dengan Pancasila.

Orasi dilanjutkan dari Forkopimda yang diwakili Kepala Kejaksaan Negeri Purbalingga Tongging Banjar Nahor yang menyatakan bahwa Indonesia dilimpahkan berkah beribu suku, pulau, agama, bahasa dan budaya yang wajib untuk dijaga kesatuannya dalam NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika.

“Mari bersama kita satukan langkah, jadikan perbedaan itu kekuatan, jauhkan dari pengaruh provokasi dan segala bentuk hasutan yang merusak pembangunan Purbalingga,” kata Banjar Nahor.

Bupati Purbalingga juga menyampaikan orasi kebangsaan yang menyatakan bahwa sejak tahun 1945, pendiri bangsa Indonesia telah memerdekakan Indonesia dari kekuatan Bhineka Tunggal Ika. Indonesia sebagai negara besar dengan beragam perbedaan, harus terbebas dari segala bentuk perpecahan, pertikaian, dan perselisihan dari beragam budaya, agama, suku, etnis dan bahasa.

“Persatuan adalah sebagai landasan negara yang merdeka, persatuan adalah identitas nasional, kepribadian bangsa, jati diri Indonesia. Maka perbedaan harus dihormati sebagai pengikat kebangsaan, dan Bhineka Tunggal Ika harus dijadikan prinsip, bahwa di dalam kemajemukan yang ada di Indonesia, adalah perekat persatuan menuju cita-cita kemakmuran dan keadilan seluruh rakyat Indonesia,” demikian kata Bupati Tasdi. (taufiq.h)