PURBALINGGA, HUMAS – Bupati Purbalingga Drs H Heru Sudjatmoko, M.Si tak mampu membendung rasa terharunya saat menjenguk Indahsari di rumahnya di RT 1/RW 9 Dusun Batur, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Rabu (30/5). Indah merupakan siswi kelas 9 SMPN 4 Rembang dan harus berperan seperti orang tua. Ibu kandung Indah mengalami gangguan jiwa, sementara sang ayah sudah meninggal dunia akibat penyakit jantung, Desember 2012 lalu.
Kepada Indah dan kedua adiknya, Supriyani Astuti (15) dan Juliah (13), Bupati Heru menanyakan tentang kehidupannya. Sementara adik terkecil Sayang (5) bermain di amben (tempat tidur bambu) di ruang tamu. Ibu kandung Indah, hanya duduk diam.
Heru tak kuasa menahan rasa haru ketika menanyakan soal siapa yang memasak di rumah. “Siapa yang memasak untuk adik-adik dan ibu,” tanya Bupati Heru. Indah dengan lugu menjawab dirinya yang bertanggungjawab memasak. Bupati Heru pun menitikan air mata. Bupati Heru mencoba tegar dan mengalihkan perbincangan ke hal lain,soal sekolah.
Indah dan dua adiknya juga tak kuasa menahan haru. Ia lebih banyak menjawab nasehat bupati dengan mengangguk. Tetesan air mata Indah dan adiknya juga tak bisa tertahan. Sesekali Indah dan juga adiknya menghapus air mata yang jatuh dipipinya.
Saat menanyakan soal sekolah, Indah menyatakan ingin meneruskan ke SMK jurusan Manajemen. Bupati Heru pun mengambil keputusan untuk menyekolahkan Indah ke SMK terdekat. “Jika Indah sekolah di kota, siapa yang akan menjaga adik dan ibunya,” ujar Bupati. Pertanyaan bupati itupun tak terjawab oleh Indah. Mereka hanya diam.
Heru kemudian memberikan bantuan berupa peralatan sekolah, baju seragam sekolah dan uang tunai. “Uang ini disimpan hari-hati, dihemat untuk makan dan hal yang penting saja,” pesan bupati Heru.
Indahpun kemudian menyalami lagi bupati sembari menunduk dan menyampaikan ucapan terima kasih. “Terima kasih pak bupati’. tutur Indah.
Usai menjenguk Indah, Bupati Heru mengungkapkan, untuk menangani kehidupan Indah, tidak cukup hanya penanganan seketika saja. Jangka pendek yang dilakukan, memberikan bantuan untuk menopang kehidupannya dan untuk keluarganya. Untuk jangka panjang, perlu dipikirkan sekolah Indah dan adik-adiknya. Jika Indah harus bersekolah di kota Purbalingga yang jaraknya sekitar 35 kilometer dari rumah, juga bagaimana nasib adik dan juga ibunya.
“Kasus Indahsari menjadi momentum tersendiri, artinya orang pemerintah diingatkan, masih banyak pekerjaan rumah. Disatu sisi mungkin kita sering membanggakan keberhasilan, namun disisi lain kita tidak boleh lupa dengan persoalan seperti Indah. Maksud saya, ini sedang mengingatkan diri saya dan terima kasih kepada teman-teman pers yang sudah mengangkat kisah Indah,” tutur Bupati.
Bupati Heru menyatakan, pesan moral dari kasus Indah adalah pejabat pemerintah harus jujur. Bukan hanya memamerkan keberhasilan. Jika memamerkan keberhasilan, itu hanya sebagai motivasi saja. Berbicara pembangunan tidak cukup makro saja atau pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita. Masih ada warga yang tidak memiliki pendapatan, seperti Indah ini,” ujar Bupati.
Bupati juga menyatakan, kasus Indahsari bisa seperti fenomena gunung es. Namun, bupati menyatakan bukan berarti men-generalisir jika di wilayah lain ada kasus seperti Indah. “Intinya, pesan moral jika pejabat harus jujur dan tidak memamerkan keberhasilan. Pesan moral itu, tentu juga buat saya,” kata bupati Heru yang berulang-ulang menyatakan terima kasih kepada pers yang melihat langsung kondisi warga seperti Indah.
Heru juga menyatakan, pemberdayaan Rukun Tetangga (RT) melalui bantuan RT yang sudah digulirkan sejak tahun 2011 semestinya juga untuk membangun kepedulian sesama warga. Kepedulian itu juga untuk membangun ekonomi warga serta kepedulian sosial budaya. ”Saya mengajak warga untuk lebih peduli terhadap lingkungan sosial. Penanganan Indah, tidak hanya ketika saya datang kesini saja, namun akan berlanjut,” kata Bupati Heru.
Menyangkut soal tanah bengkok desa yang dijadikan tempat tinggal Indah, Bupati Heru memerintahkan kepada Kepala Desa Panusupan Imam Yulianto untuk mengambil kebijakan tersendiri. Sewa lahan lelang yang kini ditempati seharga Rp 4 juta saat ayah Indah, Winarto masih hidup. Indah dan adik-adiknya sudah membayar Rp 1 juta. Kekurangan Rp 3 juta, oleh Bupati heru agar dipertimbangkan kembali. ”Intinya jangan sampai memberatkan Indah dan keluarganya,” kata Bupati Heru.
Ketika ditanya soal kemungkinan jika kakak Indah, Tanto Purnomo (23), dipulangkan ke Purbalingga untuk bisa mengawasi adik-adiknya, Bupati menyatakan bisa saja. Bupati Heru langsung memerintahkan Kepala Dinsosnakertrans Ngudiarto agar mencarikan bengkel untuk tempat kerjanya. Tanto Purnomo yang hanya lulusan SD Panusupan 2, kini bekerja di bengkel di Samarinda, Kalimantan Timur.
”Bisa diminta pulang untuk bergantian mengawasi adik dan membantu keluarga, sementara Indah bisa sekolah sesuai keinginannya dengan bantuan beasiswa,” kata Bupati Heru.
Camat Rembang Suwarto mengungkapkan, untuk memperbaiki rumah Indah, pihaknya telah berkoordinasi dengan Koramil Rembang untuk memperbaikinya. ”Mudah-mudahan, perbaikan juga akan segera dilakukan,” kata Suwarto.
Seperti diberitakan sebelumnya, Indahsari (18) warga RT 1/RW 9 Dusun Batur, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga, harus mengambil peran seperti layaknya seorang ibu. Indah harus mengasuh tiga adiknya, dan juga ibu kandungnya Tarmini (43) yang mengalami gangguan jiwa. Untuk kelangsungan hidup, Indah mendapat kiriman uang setiap bulan Rp 300 ribu dari kakaknya, Tanto Purnomo (23), yang hanya lulusan SD Panusupan 2 dan kini bekerja di bengkel di Samarinda, Kalimantan Timur. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Indah harus bekerja sebagai buruh membuat bulu mata palsu sepulang sekolah, Indah bersama keluarganya, sementara tinggal di rumah sederhana berukuran 5 X 6 meter, terbuat dari papan dan gedheg. Tanah yang ditempati merupakan bengkok desa yang baru dibayar sewanya Rp 1 juta dari harga sewa Rp 4 juta. (Humas/y)