PURBALINGGA, HUMAS – Ketua Persahabatan Pengusaha Jepang di Indonesia, Mr Takachi ternyata salah satu pengagum batu mulia asal sungai Klawing. Dalam kunjungannya di Purbalingga, sejak Senin (11/8), Ia tak sabar segera melihat kerajinan batu clawing yang kini berkembang pesat di Purbalingga.
Baru pada hari kedua, Selasa (12/8), rombongan calon investor asal Jepang ini dibawa oleh Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Agus Winarno ke sentra kerajinan batu mulia milik Bayu Wibowo di Desa Kembangan Kecamatan Bukateja.
Usai melihat proses pembuatan batu akik asal pesisir sunagi Klawing, rombongan yang berjumlah enam orang kemudian melihat bongkahan-bongkahan batu Klawing yang hampir memenuhi setiap jengkal sudut halaman rumahnya.
Di showroom kecil yang berada dipojok rumah Raja Klawing, Mr Takachi kemudian memilih beberapa keleksi jadi batu mulia Purbalingga. “Ini untuk oleh-oleh,” katanya dalam bahasa Jepang yang diterjemahkan oleh Rachmat Aripin.
Meski ia membawa uang rupiah, namun Mr Takachi membayar semua pesananya dengan uang Jepang senilai 10.000 Yen. Perhiasan batu yang dipilih berupa Kalung Marjan, Kalung Batu Akik, Cincin Giok dan Liontin merah siyem.
“Itu harga kenangan dari kami. Ditambah bonus dua liontin batu Klawing sebagai promosi,” ujar Bayu Wibowo yang juga seorang pengusaha ternak ayam yang sukses.
Menurut Bayu, di Purbalingga banyak terdapat jenis batu mulia asal sungai clawing yang sudah terkenal. Diantaranya jenis Nogo Sui yaitu batu jasper yang memiliki warna dasar hijau dengan bercak merah. Yang terkenal disini adalah yang memiliki variasi warna coklat. “Batu inilah yang kemudian dikenal sebagai Le Sang Du Chris atau Batu Darah Kristus,” jelas Bayu yang memiliki penampilan khas dengan rambut berwarna coklatnya.
Jenis lainnya yang tak kalah terkenal adalah Batu Panca Warna Kembang, Panca Warna Telur Kodok, Panca Warna Kristal, dan Batu Lumut atau Moss Agate. Di Purbalingga juga terdapat batu jenis Chalcedony, batu yang hamper ada di seluruh nusantara.
“Koleksi disini saya kumpulkan sejak 2009. Ketika itu bahkan sempat menghabiskan uang untuk belanja ayam untuk membeli batu. Padahal saat itu saya sama sekali tidak paham tentang batu,” pungkas Bayu yang kini dikenal dengan julukan Raja Klawing. (Hardiyanto)